Biografi R.A Kartini, Wanita Tangguh Pejuang Emansipasi!
R.A Kartini adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan dan kedudukan bagi perempuan. Yuk, simak biografinya!
—
“Habis gelap, terbitlah terang.”
Kalau membaca atau mendengar kalimat itu, langsung teringat sama pahlawan siapa? Yes, benar banget, R.A Kartini. Siapa, sih yang nggak tahu pahlawan nasional yang satu ini? Kartini adalah sosok wanita hebat yang memperjuangkan agar perempuan Indonesia memiliki kebebasan menuntut ilmu dan memiliki kesetaraan dengan laki-laki.
Kalau kita amati, sekarang ada banyak perempuan hebat yang bisa bekerja di industri apa saja, bahkan banyak juga yang memegang posisi penting. Misalnya, Bu Sri Mulyani yang menjabat sebagai Menteri Keuangan, Najwa Shihab si jurnalis andal, dan masih banyak lagi. Berkat kegigihan dan pandangan Kartini mengenai emansipasi, perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki.
Kata Bung Karno, Jas Merah alias jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah, untuk mengingat jasa dan perjuangan Kartini, yuk ketahui biografi Kartini berikut ini!
Baca juga: Jejak Fatmawati Soekarno untuk Kemerdekaan Indonesia
Biografi Kartini & Perjuangannya
Raden Ajeng Kartini atau R.A Kartini, adalah seorang perempuan asal Jepara yang lahir pada 21 April 1879. Kartini merupakan keturunan bangsawan, oleh karena itu gelar Raden Adjeng disematkan kepadanya. Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosoningrat dan M.A Ngasirah. Ayah Kartini adalah bupati Jepara saat itu.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara. Berbeda dengan kebanyakan anak pribumi saat itu, Kartini berkesempatan untuk sekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi orang Belanda dan orang Jawa yang kaya. Di ELS, Kartini belajar bahasa Belanda. Sayangnya, Kartini hanya bersekolah sampai usia 12 tahun, karena sudah memasuki masa pingitan. Dulu ada tradisi wanita Jawa harus dipingit dan tinggal di rumah.
Karena belajar bahasa Belanda di ESL, R.A Kartini bisa membaca dan menulis bahasa Belanda. Selama dipingit, ia belajar sendiri membuat dan berkirim surat dengan teman-temannya dari Belanda, salah satunya adalah Rosa Abendanon.
R.A Kartini (Sumber: commons.wikimedia.org)
Kartini juga membaca banyak buku, surat kabar, dan majalah Eropa. Seperti istilah buku adalah jendela dunia, Kartini jadi tahu cara berpikir perempuan Eropa yang lebih maju dan bebas dibandingkan perempuan pribumi kala itu. Dari banyaknya buku, surat kabar, dan majalah yang ia baca, membuatnya berpikir untuk memajukan perempuan pribumi. Karena di masa itu, perempuan pribumi tertinggal jauh dan memiliki status atau stratifikasi sosial yang rendah. Menurutnya, perempuan pribumi harus mendapatkan kesetaraan, persamaan, dan kebebasan.
Karena sedang dipingit, tidak banyak yang bisa dilakukan Kartini. Tapi, surat-surat yang ditulisnya menjadi salah satu bentuk perjuangan. Ia menuliskan terkait gagasan-gagasannya baru mengenai emansipasi perempuan. Kartini menuliskan penderitaan perempuan Jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntut ilmu, dan adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.
Pada tahun 1903, Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan bupati Rembang saat itu. Karena sudah menikah, gelar Raden Adjeng yang dimiliki Kartini berubah menjadi Raden Ayu. Meskipun sudah menjadi seorang istri, Kartini tetap ingin melanjutkan cita-citanya memperjuangkan kesetaraan perempuan dan menjadi guru. Suami Kartini mendukung dan memberi kebebasan terhadap cita-citanya. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan mendirikan sekolah wanita di timur pintu gerbang perkantoran Rembang.
Setahun setelah menikah, R.A Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904. Sayangnya, 4 hari setelah melahirkan, Kartini menghembuskan napas terakhirnya. Ia meninggal di usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kab. Rembang.
Berkat kegigihan Kartini, pada tahun 1912 berdirilah Sekolah Kartini oleh Yayasan Kartini. Sekolah ini didirikan oleh keluaraga Van Deventer, salah satu tokoh politik etis saat itu. Awalnya, Sekolah Kartini hanya didirikan di Semarang, tapi kemudian berdiri juga di Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Malang, dan daerah lainnya.
Sekolah Kartini (Sumber: Wikipedia)
Baca juga: 5 Keteladanan R.A Kartini yang Bisa Ditiru Gen Z!
Penghargaan untuk R.A Kartini
Setelah R.A Kartini wafat, Mr. JH Abendanon (Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia-Belanda) saat itu mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang dikirimkan Kartini ke teman-temannya di Belanda. Buku tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan menuju Cahaya. Diterbitkannya buku tersebut mulai mengubah cara berpikir masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi khususnya Jawa.
Pada 2 Mei 1964, Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan Presiden No 108 tahun 1964 yang berisi ketetapan bahwa Kartini adalah Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Soekarno juga menetapkan 21 April sebagai hari Kartini yang kita peringati setiap tahunnya sampai sekarang.
Pemikiran Kartini juga menginspirasi terciptanya lagu Ibu Kita Kartini oleh W.R Supratman yang tentunya nggak asing di telinga kita, terutama pelajar.
—
Itulah biografi R.A Kartini secara singkat dan lengkap. Selamat hari Kartini untuk semua perempuan hebat masa kini. Dengan kebebasan menuntut ilmu saat ini, jangan lupa untuk terus belajar dan raih cita-cita kamu, ya. Kamu bisa belajar bareng Master Teacher terbaik dari Brain Academy, bisa belajar online atau belajar offline di Brain Academy terdekat dari rumahmu. Sekali lagi, selamat Hari Kartini!
Referensi:
Biografi dan Profil Lengkap R.A Kartini [daring]. Tautan: https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-r-a-kartini-sebagai-pahlawan-emansipasi-wanita-indonesia/
Profil R.A Kartini [daring]. Tautan: https://www.viva.co.id/siapa/read/401-r-a-kartini
R.A Kartini [daring]. Tautan: https://www.unpak.ac.id/pdf/Sejarah_R.A.Kartini.pdf (Diakses 10 April 2023).