Fatmawati Soekarno, Perempuan Dibalik Bendera Merah Putih

Pojok Sekolah - Fatmawati

Sosok Fatmawati dikenal sebagai penjahit bendera merah putih pada Hari Proklamasi. Namun, perannya lebih dari sekedar itu.

Di 17 Agustus 2024 ini, negara kita berulangtahun yang ke 79. Apakah kamu bisa menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Tentunya sudah hafal di luar kepala ya. Ada Ir.Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, serta pahlawan-pahlawan di penjuru tanah air.

Nah, selain mereka, kamu juga tak boleh melupakan sosok yang satu ini. Dialah Fatmawati Soekarno yang dijuluki sebagai The First Lady, alias ibu negara pertama di Indonesia. Bagaimana awal kehidupannya sampai ia menjadi isteri seorang presiden RI? Yuk, kita kenalan dengan Ibu Fatmawati!

 

Masa Kecil Fatmawati

Fatmawati adalah anak tunggal dari pasangan H.Hassan Din dan Siti Chadidjah. Beliau lahir di Bengkulu pada tanggal 5 Februari 1923. Meskipun berstatus sebagai puteri satu-satunya, bukan berarti Fatmawati hidup dengan bergelimang harta dan kemanjaan. Justru, kondisi ekonomi orangtuanya tidak semulus yang dikira.

Peliknya keadaan finansial keluarga saat itu membuat Fatmawati harus berpindah sekolah dan rumah. Ia pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tingkat II, Hollandsch Inlandsche School (HIS), kemudian bermukim di Palembang, dan akhirnya tinggal di Curup, sebuah kota yang berada di antara Lubuk Linggau dan Bengkulu.

Sejak kecil, Fatmawati dibekali dengan nilai-nilai agama oleh keluarganya, terutama kepiawaiannya dalam melantunkan ayat suci Al-Quran. Beliau juga pandai bergaul dan aktif mengurus organisasi Muhammadiyah. Organisasi inilah yang menjadi awal pertemuan Fatmawati dengan Ir.Soekarno.

 

Kisah Fatmawati dan Soekarno

Pada bulan Agustus 1938, Soekarno diasingkan ke Bengkulu karena dianggap membahayakan pemerintahan Kolonial Belanda. Walau diasingkan, Bapak Presiden yang satu ini tetap aktif melakukan kegiatan dan bertemu dengan masyarakat di sana. Termasuk berkenalan dengan ayah Fatmawati yaitu H.Hassan Din yang kemudian memintanya untuk menjadi guru. Di sana, Fatmawati juga berstatus sebagai murid.

Lulus dari Muhammadiyah, Soekarno menawarkan Fatmawati untuk bersekolah di Rooms Katholik Vakschool. Meski terhalang persyaratan masuk, Sang Proklamator menjamin akan mengurus semua keperluan sekolah dan mengizinkan Fatmawati tinggal di rumahnya.

Ketika anak angkatnya Ratna Djuami melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta, isteri pertama Soekarno, Bu Inggit ikut menemani. Fatmawati dan Soekarno pun saling mengenal satu sama lain. Hingga akhirnya, Soekarno menyatakan keinginan untuk menikahi Fatmawati kepada Bu Inggit. Bu Inggit memutuskan untuk kembali ke Bandung dan bercerai dari suaminya.

Tahun 1943, Fatmawati dan Soekarno menikah di Bengkulu. Setelah itu, ia mendampingi hari-hari Soekarno di Jakarta sampai hari kemerdekaan tiba.

 

Baca juga: Penerapan Pancasila di Awal Kemerdekaan

 

Fatmawati, 17 Agustus, dan Kain Bendera

Brainies, kalau kamu ingat, perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka tidaklah mudah. Bahkan, sempat terjadi perdebatan antara golongan muda dengan golongan tua yang menimbulkan peristiwa Rengasdengklok pada 15 Agustus 1945. Golongan muda mendesak Soekarno dkk untuk segera menyatakan kemerdekaan.

Setelah proses diskusi yang alot, akhirnya mereka memutuskan untuk membacakan teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, masih ada beberapa hal yang menghambat momen sakral tersebut. Seperti menentukan kalimat yang akan ditulis, siapa yang akan membaca, siapa yang menandatangani, di mana teks tersebut dibacakan, kondisi Soekarno yang tengah sakit, hingga sulitnya mencari kain bendera.

Berkat bantuan Hitoshi Shimizu lewat perantara Chairul Basri, kain itu sampai di tangan Fatmawati dari sebuah gudang Jepang di kawasan Pintu Air, Jakarta Pusat. Hanya itu satu-satunya kain yang bisa dijahit untuk bendera. Sambil menitikkan air mata, Fatmawati menjahit kain tersebut menggunakan mesin jahit tangan. Sebab, ia tak diizinkan menggunakan mesin jahit kaki lantaran tengah hamil tua.

 

Jejak Fatmawati Setelah Kemerdekaan

Teman-teman, pernahkah kamu berkunjung ke daerah Jakarta Selatan? Ada salah satu rumah sakit bersejarah yang terletak di Cilandak. Ya, benar! Namanya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Kira-kira apa sih hubungan rumah sakit ini dengan Sang Ibu Negara?

Teringat ayahandanya, H. Hassan yang mengidap asma, Bu Fatmawati prihatin dengan kondisi anak-anak yang terserang penyakit TBC di kawasan pemukiman padat penduduk. Ia bersikeras untuk membantu pengobatan anak-anak tersebut dengan mendirikan sanotarium (rumah sakit untuk penyakit jangka panjang) khusus anak.

 

RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati di Cilandak (sumber: metrosindonews.com)

 

Gagasan ini disambut baik oleh kolega dan masyarakat. Dana dikumpulkan dari hasil lelang peci dan pakaian sang suami, Ir. Soekarno, hingga terkumpul 28 juta rupiah. Psstt, pada saat itu, uang 28 juta rupiah masih banyak ya, teman-teman, sehingga cukup untuk modal awal membangun Yayasan Rumah Sakit Ibu Soekarno.

Dipilihlah Cilandak karena masih asri dan luas untuk menampung pasien. Tanggal 24 Oktober 1954, peletakkan batu pertama rumah sakit pun dimulai dan rampung pada tahun 1958. Tanggal 20 Mei 1967, Rumah Sakit Ibu Soekarno berganti nama menjadi RSUP Fatmawati. Pergantian ini diusulkan oleh Direktur Rumah Sakit yang menjabat kala itu, yakni Soehasim, serta diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin atas persetujuan masyarakat.

Di hari kemerdekaan tahun 1996, bunga lotus menjadi simbol RSUP Fatmawati. Guntur Soekarnoputra, anak sulung Fatmawati dan Soekarno juga menciptakan himne RSUP yang berjudul ‘Padma Puspita’ setahun setelahnya.

 

Wafat di Kuala Lumpur

Fatmawati melakukan umrah di  tahun 1980. Perjalanannya didampingi oleh Dien Soemaryo, kakak ipar isteri Bung Hatta. Sayangnya, beliau meninggal karena serangan jantung ketika melakukan transit di Kuala Lumpur, Malaysia, sebelum kembali ke tanah air. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Fatmawati meninggalkan 5 orang anak, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

Wah, ternyata ada hal-hal baru yang kita ketahui tentang kehidupan Fatmawati, Sang Ibu Negara Pertama. Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia, ya! Yuk, lanjutkan perjuangan para pahlawan dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya dengan bantuan Brain Academy. Bisa coba gratis online atau datang langsung ke cabang.

IDN CTA Blog Brain Academy Center

Referensi:

Biografi Fatmawati [Daring]. Tautan: https://nasional.tempo.co/read/1599841/kisah-masa-kecil-fatmawati-istri-soekarno-bunga-dari-curup

Detik-detik Proklamasi [Daring]. Tautan: https://www.setneg.go.id/baca/index/membuka_catatan_sejarah_detik_detik_proklamasi_17_agustus_1945

Bendera di Hari Proklamasi [Daring]. Tautan: https://historia.id/politik/articles/meluruskan-sejarah-bendera-pusaka-Pdk8v/page/1

Sejarah RSUP Fatmawati [Daring]. Tautan: https://historia.id/sains/articles/membesuk-sejarah-rumah-sakit-fatmawati-D847A/page/3

Wafatnya Fatmawati [Daring]. Tautan: https://historia.id/politik/articles/bu-fat-wafat-PKyJQ/page/4

(diakses 11 Agustus 2022)

Sumber Gambar:

Fatmawati [Daring]. Tautan:

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Soekarno,_Fatmawati,_Bestanddeelnr_919-7562.jpg

RSUP Fatmawati [Daring]. Tautan: https://metro.sindonews.com/read/463750/171/daya-tampung-melebihi-batas-rsup-fatmawati-tidak-terima-lagi-pasien-non-covid-19-1624410387

(diakses 15 Agustus 2022)

Salsabila Nanda