Apa Itu Hilal? Ini Pengertian, Kriteria dan Cara Melihatnya
Penasaran nggak sih, hilal itu sebenarnya apa dan seperti apa bentuknya? Yuk, baca artikel ini untuk tahu lebih dalam!
—
Nggak terasa bulan Ramadhan sudah menuju minggu terakhirnya, nih! Gimana puasanya? Udah bolong berapa nih, hayooo! Semoga puasa kita lancar-lancar terus ya, sampai akhir Ramadhan nanti dan semoga kita bisa menyambut Hari Raya Idul Fitri dalam kondisi yang sehat. Aamiin~
Nah, menuju bulan Ramadhan dan menuju Hari Raya Idul Fitri, biasanya ada satu kegiatan yang pasti dilakukan yaitu melihat Hilal. Pemantauan Hilal ini dilakukan untuk menentukan apakah permulaan bulan dalam kalender Islam akan terjadi di hari berikutnya atau belum. Tapi, sebenarnya Hilal itu apa, sih?
Pengertian Hilal
Hilal merupakan istilah bahasa Arab untuk menyebut “bulan sabit”. Hilal adalah bulan sabit muda yang bisa dilihat pertama kali, tepat setelah fase bulan baru (ijtimak). Bagaimana bentuk Hilal? Bentuk Hilal yaitu seperti bulan sabit yang sangat tipis karena usianya masih sangat muda, yaitu sekitar 12 jam setelah fase bulan baru.
Penampakan Hilal di langit (Sumber: wikimedia.org)
Hilal adalah bagian dari fase bulan, yaitu perubahan bentuk bulan pada setiap malamnya. Fase bulan atau perubahan bentuk bulan ini terjadi karena bulan tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan berasal dari pantulan cahaya matahari. Dengan begitu, bulan jadi punya dua sisi, yaitu sisi siang dan sisi malam. Selain itu, fase bulan juga terjadi akibat pergerakan bulan yang bergerak mengelilingi bumi. Selama mengelilingi bumi, posisi bulan akan berpindah-pindah di langit.
Ketika terjadi bulan purnama, artinya kita sedang melihat sisi siang bulan secara keseluruhan. Sebaliknya, saat fase bulan separuh atau bulan sabit, artinya kita sedang melihat secara langsung sisi siang dan sisi malam bulan. Kemudian, saat fase bulan baru, kita tidak bisa melihat bulan karena yang tampak adalah sisi malam bulan secara keseluruhan.
Nah, sistem penanggalan Hijriah memanfaatkan pergerakan bulan ini. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan Hilal setiap menuju bulan Ramadhan, untuk menentukan kapan kita mulai berpuasa dan setiap menuju bulan Syawal, untuk menentukan kapan Hari Raya Idul Fitri.
Baca juga: Penjelasan Ilmiah Mengapa Mulut Menjadi Bau Ketika Berpuasa
Kapan Kita Bisa Melihat Hilal?
Hilal biasanya dapat dilihat pada rentang waktu sebelum matahari terbenam di arah dekat matahari terbenam. Namun, Hilal hanya muncul sebentar saja, yakni sekitar 15 menit hingga satu jam sebelum akhirnya ikut tenggelam bersama matahari akibat rotasi bumi yang begitu cepat dari gerakan rotasi bulan.
Karena Hilal digunakan sebagai acuan untuk permulaan bulan dalam kalender Islam, maka biasanya, Hilal mulai diamati pada hari ke-29 dari bulan Islam untuk menentukan apakah hari berikutnya sudah terjadi pergantian bulan atau belum. Bila hilal terlihat, artinya sudah berganti bulan dalam penanggalan Hijriah. Sebaliknya, jika belum terlihat, artinya belum berganti bulan dalam penanggalan Hijriah.
Baca juga: Ibadah I’tikaf, Kegiatan Berdiam Diri di Masjid Selama Ramadhan
Kriteria Hilal
Jika berbicara soal Hilal, dikenal juga istilah tinggi Hilal atau derajat Hilal yang menjadi kriteria bulan sabit tipis dapat disebut sebagai Hilal. Apa itu tinggi Hilal?
Ilustrasi fase bulan (Sumber: detik.net.id)
Tidak semua bulan sabit tipis dapat disebut sebagai Hilal, ya. Ada kriteria khusus yang membuat bulan sabit tipis dapat disebut sebagai Hilal. Hilal merupakan bulan sabit tipis yang harus bisa diamati saat matahari terbenam untuk menghitung ketinggiannya, yang kemudian disebut sebagai tinggi Hilal atau derajat Hilal. Dengan begitu, terlihatnya bulan sabit tipis di pagi atau siang hari bukan berarti bulan tersebut adalah Hilal karena bulan sabit tipis di pagi atau siang hari bisa jadi masih merupakan bulan sabit tua yang termasuk fase bulan sebelum fase bulan baru.
Bulan sabit tipis baru disebut sebagai Hilal jika sudah berada lebih tinggi 3 derajat dari cakrawala saat matahari terbenam. Mengapa Hilal harus 3 derajat? Pakar Astronomi Prof Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa ketinggian Hilal 3 derajat disepakati karena kekuatan cahaya bulan di bawah 3 derajat masih kalah dengan cahaya mega (syafaq). Kuatnya cahaya mega membuat Hilal yang masih di bawah 3 derajat itu sulit untuk dapat teramati. Oleh karena itu, ditetapkan batasan tinggi Hilal adalah sebesar 3 derajat.
Bagaimana Cara Melihat Hilal?
Hilal sangat sulit untuk dilihat atau diamati karena bentuknya yang sangat tipis. Selain itu, rentang waktu untuk dapat melihat hilal pun juga sangat singkat. Oleh karena itu, untuk dapat melihat Hilal, dibutuhkan peralatan astronomi khusus seperti teleskop. Jika kita melihat menggunakan mata telanjang, atau hanya menggunakan teropong biasa, besar kemungkinan Hilal tidak akan terlihat.
Itu tadi penjelasan lengkap mengenai Hilal. Sekarang kamu sudah mengerti kan, apa itu Hilal, seperti apa kriteria Hilal, hingga kapan waktu untuk melihat Hilal dan bagaimana caranya.
—
Sebelum menutup Ramadhan 1445 Hijriah ini, aku ingin mengucapkan mohon maaf lahir dan batin ya, untuk para pembaca sekalian! Semoga kita senantiasa sehat agar bisa dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun-tahun berikutnya. Selamat berlibur dan menyambut Hari Kemenangan bersama keluarga!
Yuk, belajar hal menarik lainnya bersama Master Teacher terbaik di Brain Academy!
Referensi:
Hilal [Daring]. Tautan:
https://www.nu.or.id/nasional/ini-alasan-kriteria-imkanur-rukyah-jadi-3-derajat-tinggi-hilal-dan-6-4-derajat-elongasi-CHNmU
https://kumparan.com/kumparannews/memahami-alasan-kemenag-ubah-kriteria-hilal-jadi-3-derajat-1xpSMYEg7gR/4
Sumber Gambar:
Fase Bulan [Daring]. Tautan: https://akcdn.detik.net.id/visual/2017/08/07/de167f52-ba7d-459d-970d-8d5878cc8577_169.jpg?w=650&q=90
Penampakan Hilal di Langit [Daring]. Tautan: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/77/Screenshot_from_2021-08-09_20-06-58.png
(diakses 17 April 2023)