5 Tahapan Penelitian Sejarah Menurut Ahli dan Contohnya
Menurut Kuntowijoyo, ada 5 langkah yang ditempuh peneliti sebelum melakukan penelitian sejarah. Yuk, kita bahas penjelasannya di artikel ini.
—
Pernahkah kamu membaca buku sejarah? Misalnya Sejarah Peradaban Islam atau Sejarah Perang Dunia? Buku itu tidak bisa ditulis sembarangan karena harus sesuai dengan fakta dan bukti-bukti pendukung yang ada. Selain buku, sejarah juga dapat didokumentasikan dalam bentuk jurnal atau rekaman. Nah, untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, peneliti harus melakukan 5 tahapan penelitian sejarah.
Apa itu Penelitian Sejarah?
Penelitian sejarah adalah tindakan yang mengkaji dan menelusuri kejadian pada masa lalu. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi, pengetahuan, pemahaman, dan makna dari kejadian tersebut.
5 Tahapan Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah dilakukan secara sistematis dengan 5 tahapan, yaitu Penentuan Topik, Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan yang terakhir Historiografi.
1. Penentuan Topik
Langkah pertama yaitu memilih topik yang akan diteliti. Perlu kamu ketahui, topik dan judul adalah dua hal yang berbeda. Sebuah topik dapat menghasilkan beberapa judul, bersifat abstrak, dan cakupannya luas. Sedangkan satu judul hanya bisa dipakai dalam 1 penelitian sejarah, bersifat fokus, dan spesifik.
Contoh: Kamu ingin membuat buku dengan topik Perang Dunia II. Maka, alternatif judul penelitiannya bisa berupa ‘Penyerangan Jerman ke Kota Danzig’, ‘Serangan Pearl Harbor’, atau ‘Dampak Perang Dunia II terhadap Indonesia’.
Syarat Penentuan Topik
Syarat penentuan topik penelitian sejarah ada dua, yaitu kriteria dan kedekatan peneliti. Tapi, kamu hanya perlu memenuhi satu diantara keduanya, ya!
a. Kriteria Topik
Topik yang diteliti harus unik, bernilai, kesatuan, praktis, dan orisinil.
Unik, artinya dapat memancing keingintahuan pembaca lewat topik atau judul yang tertera.
Bernilai, artinya hasil penelitian tersebut bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Kesatuan, artinya bahan atau sumber yang digunakan dalam penelitian harus sesuai dengan topik dan tidak melebar kemana-mana.
Praktis, artinya peneliti dapat mengakses bukti-bukti dan dokumen sejarah sesuai dengan kemampuannya.
Orisinil, artinya penelitian tersebut merupakan hasil pemikiran usaha dan dilakukan atas kehendak sendiri. Topik yang dipilih pun bisa menghasilkan pandangan lain terhadap suatu teori atau peristiwa sejarah.
b. Kedekatan Peneliti
Sebelum memulai penelitian sejarah, alangkah baiknya jika topik yang kamu pilih sudah kamu kuasai. Hal ini dikenal sebagai kedekatan intelektual yang berhubungan dengan kemampuan akademik. Tujuannya, agar hasil penelitian yang kamu lakukan benar-benar berkualitas dan dipercaya oleh pembaca.
Selain itu, topik penelitian sejarah juga harus mempunyai kedekatan emosional dengan penelitinya. Artinya, peneliti memiliki ketertarikan dan minat untuk menelaah isu yang dibahas. Semakin tinggi minat, semakin cepat penelitian tersebut selesai.
2. Heuristik
Kalau topiknya sudah ketemu, selanjutnya apalagi? Nah, tahap kedua penelitian sejarah adalah mendapatkan sumber dan bukti-bukti pendukung. Langkah ini disebut dengan heuristik.
Heuristik berasal dari kata Yunani ‘heuriskein’ yang artinya mencari atau menemukan. Jadi, dalam sejarah, heuristik merupakan tahap pencarian dan pengumpulan sumber mengenai masalah yang diteliti. Tujuannya agar peneliti bisa menghasilkan penelitian yang bermutu dengan informasi sebanyak-banyaknya.
Jenis dan Cara Memperoleh Sumber Sejarah
a. Sumber Tulisan
Sumber ini berbentuk naskah, arsip, buku, atau tulisan di prasasti. Kamu bisa mencarinya di Gedung Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, Museum, serta lembaga tertentu tergantung dari topik yang kamu bahas.
b. Sumber Lisan
Sumber ini diperoleh dari kesaksian pelaku atau saksi peristiwa di masa lalu. Kamu bisa mewawancarai mereka secara langsung atau via telepon. Akan tetapi, perlu sedikit usaha untuk mendapatkan sumber lisan karena tidak semua orang mau diwawancarai. Kamu harus bertanya dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
c. Sumber Benda
Pasti kamu sudah tahu dong sumber benda itu seperti apa? Yup, betul! Sumber benda dapat berwujud artefak dan fosil. Kamu bisa menemukannya di museum, cagar budaya, atau objek wisata bersejarah.
d. Sumber Audio, Visual, dan Audiovisual
Sumber ini berbentuk rekaman suara, rekaman gambar, dan barang-barang yang digunakan dalam peristiwa bersejarah. Misalnya, rekaman saat Presiden Soekarno membacakan teks proklamasi, video pernikahan Lady Diana dan Pangeran Charles di Inggris, serta benda-benda yang mereka gunakan seperti pakaian, aksesoris, hingga kendaraannya.
3. Verifikasi
Tahap ketiga yaitu verifikasi. Verifikasi adalah proses pemeriksaan terhadap keaslian dan kebenaran sumber sejarah. Tujuannya untuk menguji fakta sejarah dari sumber yang peneliti dapatkan.
Jenis Verifikasi
Ada dua jenis verifikasi dalam penelitian sejarah, yaitu kritik ekstern dan kritik intern.
a. Kritik Ekstern
Ekstern artinya berhubungan dengan fisik atau hal-hal dari luar. Di tahap ini, peneliti menguji keaslian sumber sejarah secara fisik dan bahan lewat pancaindera. Misalnya struktur batuan prasasti, warna kertas, ejaan yang digunakan dalam teks proklamasi, dan sebagainya.
b. Kritik Intern
Intern artinya dari dalam, atau berhubungan dengan informasi yang tercantum dalam isi sumber sejarah. Di tahap ini, peneliti menguji apakah informasi tersebut sesuai fakta atau justru sebaliknya. Misalnya, ketika mempunyai sumber berupa tulisan, peneliti bisa memeriksa keasliannya lewat kop surat, stempel, atau tanda tangan pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Interpretasi
Interpretasi adalah tahap keempat penelitian sejarah. Peneliti memberikan penafsiran, pendapat, dan analisis dari fakta yang telah diperoleh dan diverifikasi. Fakta-fakta tadi akan dihubungkan hingga membentuk rangkaian peristiwa dan maknanya.
Kalau dipikir-pikir, interpretasi ini mirip kayak main puzzle, lho. Kita mencoba menyusun potongan-potongan puzzle sampai terlihat keseluruhan gambar aslinya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tahap interpretasi harus dilakukan secara selektif dan tidak melebar kemana-mana. Hanya fakta yang penting dan sesuai dengan topik yang bisa kamu interpretasikan.
Jenis Interpretasi
Pada penelitian sejarah, terdapat dua jenis interpretasi, yaitu Interpretasi Analisis dan Interpretasi Sintesis.
a. Interpretasi Analisis
Interpretasi analisis mengharuskan peneliti untuk menguraikan fakta-fakta sejarah. Misalnya, judul penelitian kita adalah “Perkembangan Partai Politik dalam Pemilu Indonesia tahun 1955-1971”. Setelah sumber diperoleh dan diverifikasi, kita bisa menguraikan jumlah partai, jumlah pemilih, serta tahun pelaksanaan Pemilu pada periode tersebut.
b. Interpretasi Sintesis
Sedangkan interpretasi sintesis, peneliti menghubungkan rangkaian peristiwa yang terjadi untuk memperoleh suatu kesimpulan. Contoh nih, pada tahun 1955 ada 29 partai yang berpartisipasi di Pemilu, kemudian pada tahun 1971 hanya ada 10 partai yang ikut. Artinya, jumlah peserta partai politik dari tahun ke tahun terus menurun.
Baca juga: Cara Berpikir Sinkronik, Diakronik, dan Periodesasi dalam Sejarah
5. Historiografi
Oke, kita sudah sampai di tahap terakhir penelitian sejarah yaitu Historiografi. Historia berasal dari kata ‘historia’ dan ‘grafein’ yang berarti penulisan sejarah. Kalau di tahap sebelumnya kita sudah menentukan, mencari, memeriksa, dan memaknai fakta sejarah, di tahap ini kita sudah bisa mulai menulis hasil penelitian.
Pada fase historiografi, peneliti menyusun penafsiran fakta dan menghubungkannya menjadi sebuah cerita sejarah. Nah, untuk menulis cerita sejarah, kamu bisa menggunakan 2 model penulisan, lho!
Model Penulisan Historiografi
a. Deskriptif Naratif
Model penulisan penelitian sejarah ini disesuaikan dengan urutan waktu kejadian atau kronologis. Jadi, untuk menuliskannya, kamu harus menggunakan cara berpikir diakronik.
b. Deskriptif Eksplanatif
Model penulisan penelitian sejarah ini bersifat analisis, detail, dan mendalam. Biasanya, tercantum unsur 5W + 1H, atau dalam Bahasa Indonesia yaitu Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana. Jadi, model deskriptif eksplanatif peneliti menggunakan cara berpikir sinkronik.
Kalau kamu sudah mengerti 5 tahapan di atas, sekarang kamu bisa deh memulai penelitian sendiri. Jangan lupa tetap perhatikan keaslian sumber dan bukti-bukti pendukungnya, ya!
—
Punya pertanyaan lain seputar Sejarah atau pelajaran lainnya? Kamu bisa tanya ke STAR Master Teacher Brain Academy. Bisa belajar online atau datang langsung ke cabang terdekat dari kotamu. Ada kelas gratisnya juga, lho! Sampai bertemu di kelas~