18 Contoh Resensi Buku, Novel, Film, Cerpen & Strukturnya

contoh resensi

Yuk, kita belajar membuat resensi! Berikut contoh resensi buku fiksi dan non fiksi beserta strukturnya di artikel ini!

Ada istilah “don’t judge book by its cover,

Tetapi, bagaimana kita tahu isi dari sebuah buku tanpa membacanya terlebih dahulu?

Untuk mengetahui jalan cerita atau sinopsis sebuah buku, kita dapat melihatnya melalui resensi. Teks resensi berfungsi sebagai wadah informasi dari sebuah karya, yang terdiri dari pendapat, kritik, sampai pujian untuk mempengaruhi keputusan seseorang.

Selain buku, teks resensi juga bisa kita gunakan untuk me-review film dan cerita pendek (cerpen). 

Di artikel ini, ada 10 contoh resensi beserta strukturnya. Yuk, pahami lebih lanjut!

 

1. Contoh Resensi Novel berjudul “Laut Bercerita”

Identitas

Judul : “Laut Bercerita”

Pengarang: Laila S Chudori

Jumlah Halaman : 394 halaman

Penerbit: Keputusan Penerbit Gramedia (KPG)

Tahun Publikasi: 2017

Orientasi

Novel ini mengangkat tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan rasa kehilangan. Dengan berlatarkan waktu di tahun 90-an dan 2000, novel ini mampu membius para pembacanya untuk menerobos ruang masa lalu dan kembali melihat peristiwa yang terjadi di tahun yang bersangkutan. Dengan kata lain, novel ini mengingatkan para pembacanya akan era-era reformasi di tahun 1998 yang bernas akan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat. 

Sinopsis

Laut Bercerita menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa. Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan hilangnya 13 aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan petunjuknya.

Cerita dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Adapun bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Biru Laut beserta para kawan sesama aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Sementara pada bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung berlainan dengan Laut.

Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.

Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.

Tidak hanya membicarakan terkait aktivitas Laut dan teman-temannya dalam pergerakan yang hendak mereka jalani, ada pula sisipan kisah antara Laut dan anggota keluarganya. Saat Laut dan teman-temannya menghilang, semua kehidupan mereka dan orang-orang terdekat mereka pun senantiasa berubah.

Analisis

Leila S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita telah berhasil menetapkan tema dalam novel ini. Tema yang diusungnya mengenai kemanusiaan pantas membuat novel ini memperoleh predikat genre historical fiction terbaik. Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan alias nyata. Terlebih, bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi. Pilihan kata dan penggunaan bahasa terbilang mudah dipahami sebab tak ada istilah atau ungkapan asing yang menjadikan para pembaca sukar memahami isi cerita.

Evaluasi

Novel Laut Bercerita bersifat edukatif. Hal itu dibuktikan bahwa di dalamnya memuat pengetahuan sejarah pergerakan dalam menegakkan keadilan sosial dan asas demokrasi. Dengan begitu, setelah selesai membaca novel ini, ada banyak pengetahuan mengenai sejarah yang akan kalian dapatkan.

Selain itu, di balik suksesnya sebuah novel, tentu ada moral value yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dalam novel ini, salah satunya adalah cara agar seorang manusia dapat memanusiakan manusia dari segala aspek.

Akan tetapi ada sedikit kekurangan atau kelemahan dalam novel ini, seperti alur cerita yang digunakan ialah alur campuran atau maju mundur. Apabila para pembaca yang belum terbiasa dengan alur tersebut, akan cenderung kesulitan atau bingung. Hal itu karena dibutuhkannya sikap fokus dan pemahaman secara saksama supaya dapat mengikuti alur cerita dengan baik.

(Referensi: https://www.gramedia.com/best-seller/resensi-novel-laut-bercerita-karya-leila-s-chudori/#Bagian_Pertama )

 

2. Contoh Resensi Film berjudul “Gundala”

Identitas

Judul : “Gundala”

Sutradara: Joko Anwar

Durasi : 123 menit

Tanggal Rilis: 2019

Pemain: Abimana Aryasatya, Tara Basro, Lukman Sardi, Bront Palarae, dll.

Orientasi

Gundala menjadi gerbang pembuka perjalanan cerita jagat sinema Bumilangit. Gundala diadopsi dari komik pahlawan super ‘Gundala Putra Petir yang dibuat tahun 1969 oleh Harya Suraminata atau yang akrab disapa Hasmi. Film ini dihiasi dengan konflik seputar kemanusiaan, percintaan, kesenjangan sosial, dan politik yang relevan dengan situasi saat ini.

Sinopsis

Gundala menceritakan seorang yang bernama Sancaka yang tanpa ia sadari memiliki kekuatan super, kekuatan yang dimiliki adalah kekuatan petir yang didapatkannya akibat tersambar petir. Pada awal cerita, film ini mengisahkan sancaka kecil yang diperankan oleh (Muzaki Ramadhan) yang harus bertahan hidup sendiri di jalanan. Ayah Sancaka (Rio Dewanto) telah meninggal dunia dikarenakan menuntut keadilan di tempat ia bekerja, ayahnya sebagai buruh pabrik yang tidak mendapatkan perlakuan secara baik dan adil. Dan ia serta rekan-rekannya mengadakan demo, naasnya ayah Sancaka secara mengejutkan ditikam oleh orang yang tidak dikenal pada saat unjuk rasa. Selang setahun ibu Sancaka meninggalkan kota dan Sancaka untuk bekerja, namun tidak pernah kembali kerumah.

Dengan terpaksa Sancaka harus bertahan hidup dengan bekerja semampu kekuatan tubuh kecilnya.  Ia juga berlatih pencak silat untuk membela diri. Singkat cerita, Sancaka (Abimana) tumbuh menjadi pria dewasa yang berprofesi sebagai satpam di sebuah pabrik percetakan koran. Ia tinggal disebuah rumah susun bersama tetangganya, Wulan (Tara Basro). Wulan merupakan tokoh heroik sebagai pembela pedagang-pedagang pasar yang tertindas akibat ketidakadilan.

Dalam kisah ini dihadirkan sosok Pengkor (Bront Palarae) sebagai pemeran antagonis yang kuat. Ia sangat ditakuti dan disegani oleh para anggotanya. Dendamnya akan masa lalu membuat ia mendidik anak-anak panti asuhan menjadi manusia yang kuat dan kejam. Anak didiknya juga tersebar di berbagai negeri. Ketika Pengkor meminta bantuan mereka semua akan bersedia berkumpul untuk membantu Pengkor menyelesaikan masalah.

Konflik dimulai ketika timbul keresahan warga akibat gudang penyimpanan beras, yang dimana beras disana terkontaminasi oleh serum amoral. Pengkor Menyusun skenario agar kejadian itu membuat masyarakat berbondong-bondong untuk menyuntikan penawaran yang ditawarkan oleh Pengkor. Tetapi kenyataannya itu akan merugikan masyarakat karena serum amoral hanya bekerja kepada ibu-ibu hamil yang akan membuat anaknya nanti saat lahir akan cacat seperti Pengkor.

Analisis

Menurut penulis, ada beberapa scene perkelahian yang kurang all out. Selain itu, kekuatan yang dimiliki Gundala kurang sesuai dengan ekspektasi penonton. Alangkah baiknya jika penonton anak-anak didampingi oleh orang dewasa, karena terdapat dialog yang berisi umpatan-umpatan. 

Berbicara soal alur, film ini sangatlah menarik karena dihiasi konflik sosial dan politik yang tengah terjadi di negara kita. Terlebih, belum ada film Indonesia yang mengangkat tokoh superhero seperti Gundala.

Evaluasi

Di atas kekurangan dan kelebihannya, Gundala menjadi pernyataan sikap Joko Anwar. Hasmi dan angkatannya memiliki keresahan yang dituangkan ke dalam komik. Era Hasmi bisa jadi tak sebebas sekarang. Problem masyarakat di era Hasmi juga berbeda dengan sekarang. Joko menempatkan Gundala di era sekarang dengan segala kerumitannya. Sikap dan keresahan Joko tergambar dalam sejumlah dialog yang disampaikan beberapa tokoh.

Dari seabrek dialog penting itu, ada dua yang mengena di benak penonton.. Pertama, “Karena kalau kita membiarkan ketidakadilan terjadi di depan kita maka kita bukan manusia lagi.” Kedua, “Sepanjang hidup saya, hal yang tidak bisa bertahan lama adalah perdamaian.” Artinya, masih ada manusia yang rela berhenti menjadi manusia (baca: melakukan ketidakadilan) kita butuh patriot. Dan karena kedamaian tak pernah langgeng, kita butuh (lebih banyak) patriot.

(Referensi: https://www.liputan6.com/showbiz/read/4051367/resensi-gundala-joko-anwar-membangun-alasan-kuat-mengapa-kita-butuh-patriot?page=4

https://www.kompasiana.com/yoshibagas6299/5f9c34548ede4853590fdb73/ekspektasi-pahlawan-bagi-masyarakat-resensi-film-gundala?page=2&page_images=1#google_vignette )

 

Baca juga: Apa itu Teks Resensi? Berikut Jenis & Strukturnya!

 

3. Contoh Resensi Buku Non Fiksi berjudul “The Alpha Girls Guide”

Identitas

Judul : “The Alpha Girls Guide”

Pengarang: Henry Manampiring

Jumlah Halaman : 280 halaman

Penerbit: Gagas Media

Tahun Publikasi: 2020

Orientasi

Buku The Alpha Girl’s Guide merupakan buku non fiksi yang ditulis oleh Henry Manampiring atau kerap disapa Om Piring, seorang Strategic Planner di dunia advertising. Buku ini ditulis berdasarkan hasil pengamatan, riset, wawancara langsung, serta diskusi dengan banyak perempuan di media sosial. Buku ini termasuk jenis buku self development yang sedang disukai perempuan muda akhir-akhir ini. Terdiri dari 9 bab yang mana setiap babnya selalu disertai dengan animasi gambar, kolom question of the day, kolom alpha exercise, kolom alpha sister says, serta kolom alpha learning yang merupakan ringkasan dari setiap babnya.

Sinopsis

Bab pertama pada buku ini menjelaskan apa itu alpha female. Seperti yang sudah diuraikan pada paragraf di atas, alpha girl merupakan perempuan-perempuan yang berada di puncak karena prestasi serta attitude-nya. Mereka percaya diri dan mengoptimalkan potensinya dengan baik.

Bab kedua membahas mengenai alpha student, bagaimana seorang alpha girl berperilaku sebagai seorang pelajar. Bab ini menyinggung mengapa perempuan harus berpendidikan tinggi. Bagian paling favorit dalam bab ini adalah, “Nggak ada yang lebih bego dari mementingkan cowok di atas pendidikan/ilmu. Ilmu tidak akan selingkuh atau minta putus. Ilmu tidak akan minta kawin lagi, atau minta cerai. Ilmu akan selalu ikut kamu.”

Bab ketiga yaitu the alpha friend, bagaimana seorang alpha girl berteman. Bab ini mengajarkan agar seorang alpha girl menolak untuk dimanipulasi teman dan juga menolak untuk memanipulasi teman, say no to gosip! Bab keempat membahas mengenai the alpha lover, bagaimana seorang alpha girl saat pacaran, saat patah hati, mengenali karakteristik lelaki, serta topik menikah.

Bab kelima yaitu the alpha worker, bagaimana seorang alpha professional berperilaku di pekerjaan dan kantor, apa yang perlu dilakukan saat pertama memulai bekerja. Bagian yang paling saya sukai dari bab kelima ini adalah “nilai/IPK itu penting,” banyak motivator yang berkata bahwa nilai IPK tidak penting dan tidak menjamin sukses. Benar, IPK tidak menjamin sukses jika kita memilih menjadi seorang pengusaha/enterpreneur. Namun, beda lagi ketika kita ingin bekerja di perusahaan yang bagus, IPK akan sangat membantu perjalanan karir kita. Jadi, secara tidak langsung, IPK juga berperan dalam proses kesuksesan kita.

Memasuki bab keenam yaitu the alpha look, bagaimana seorang alpha girl merawat penampilan dirinya. Penampilan memang bukan penentu sukses terpenting, namun tidak bisa diabaikan juga. Tampil menariklah untuk diri sendiri terlebih dahulu, baru untuk orang lain. Selanjutnya bab ketujuh membahas mengenai the alpha care, bagaimana seorang alpha girl membawa dampak positif bagi orang lain. Kejarlah ilmu, prestasi, keahlian, dan segala kemampuan, bukan untuk dirimu sendiri, tapi kelak agar bisa membantu orang lain.

Bab kedelapan adalah meet the alpha female, penulis menemui dan mewawancarai alpha female Indonesia yaitu Najwa Shihab dan Alanda Kariza. Pada bab ini diulas bagaimana kisah hidup mereka, apa rahasia keberhasilan mereka, siapa inspirasi mereka, serta pesan mereka untuk para perempuan. Bab terakhir yaitu your alpha future, bahwa kitalah yang harus memulai perjalanan untuk menjadi alpha future. It’s not only about your Alpha Future. It’s also OUR Alpha Future.

Analisis

Buku ini memberi banyak inspirasi, banyak ilmu-ilmu yang tidak diajarkan di sekolah maupun di kampus. Selain fokus pada kekuatan dan passion yang harus dimiliki seorang alpha girl, penulis juga melengkapi pembahasannya dengan sisi buruk seorang alpha girl yang harus dikendalikan. Penggunaan bahasa yang santai, terdapat beberapa lelucon, membuat The Alpha Girls Guide mudah dimengerti karena disertai dengan analogi dan contoh yang relevan dengan kehidupan kita.

Evaluasi

Buku non fiksi ini memiliki banyak kelebihan. Selain cover yang menarik, setiap babnya dikemas dengan rapi dan saling berhubungan dengan bab selanjutnya. Terdapat beberapa footnote yang bisa ditelusuri sumbernya. Buku ini juga menghadirkan wawancara dengan wanita Indonesia yang inspiratif. Sayangnya, ukuran huruf atau font-nya terlalu kecil dan terdapat kutipan bahasa Inggris yang tidak disertai artinya.

(Referensi: https://jurnalphona.com/blog/2023/02/23/menjadi-perempuan-berkualitas-dengan-buku-the-alpha-girls-guide/ )

 

4. Contoh Resensi Buku Non Fiksi berjudul “The Ikigai Journey”

Identitas

Judul : “The Ikigai Journey”

Pengarang: Hector Garcia & Francesc Miralles

Jumlah Halaman : 289 halaman

Penerbit: Renebook

Tahun Publikasi: 2022

Orientasi

Buku yang ditulis oleh Hector Garcia dan Francesc Miralles akan menjelaskan bagaimana perjalanan kamu hingga menemukan ikigai dan cara menerapkan konsep ikigai dalam hidup kita agar hidup menjadi lebih berarti dan memiliki tujuan.

 Buku ini akan mengajak kamu melihat keajaiban orang Jepang dalam melakukan lompatan besar dan cepat yang membawa nya dari ketidakmungkinan menjadi kemungkinan di semua aspek kehidupan. Kedua penulis menemukan efek shinkansen ketika meneliti keajaiban bangsa Jepang dimana sejak tahun 1960-1980 ketika mereka bangkit dari kehancuran pasca perang hingga saat ini menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia dan menjadi negara maju.

Sinopsis

Bagian Pertama: Perjalanan Mengarungi Masa Depan

Perjalanan mengarungi masa depan akan membawa kita melewati masa depan yang mirip dengan kota Tokyo yang menyimbolkan modernitas dan juga inovasi. Ketika jepang membangun kereta shinkansen yang kecepatannya tidak pernah terjadi sebelumnya, mereka menyebut dengan “Keajaiban Jepang” karena perubahan radikal ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan dikenal sebagai “Efek Shinkansen”.

Dalam bab ini, kita ditantang untuk memikirkan bidang kehidupan mana yang ingin kita terapkan ‘Efek Shinkansen’ dan membuat daftar inisiatif yang harus dilakukan untuk mempermudah mencapai tujuan ini. Dengan memvisualisasikan tujuan-tujuan yang tampaknya ‘mustahil’ ini, kita bisa menyingkirkan ide-ide atau proses-proses sebelumnya.

Bagian Kedua: Perjalanan Mengarungi Masa Lalu

Kemudian perjalanan masa lalu yang membawa pembaca ke kota Kyoto, sebuah ibu kota kuno yang ditambatkan dalam tradisi. Grameds apakah pernah terpikirkan apa saja hal yang benar-benar ingin kamu lakukan dalam hidup, tapi menurutmu itu mustahil? Bab ini membantu kamu memikirkan ‘usaha mustahil’ di masa lalu dan menetapkan tujuan per minggu untuk melakukan setidaknya satu hal yang kamu rasa tidak mampu Anda lakukan.

Bagian Ketiga: Perjalanan Mengarungi Masa Kini

Perjalanan masa kini yang akan membawa kita ke kota Ise, kota di wilayah pesisir yang memiliki kuil kuno yang dihancurkan dan dibangun setiap dua puluh tahun. Filosofi Jepang ganbarimasu tentang tidak berhenti sampai suatu tujuan tercapai dan melakukannya sebaik mungkin. Sebelum kamu memulai, penting untuk mengetahui dengan jelas apa tujuan akhir kamu sebenarnya. Nah pada bab ini kamu akan diajak untuk merenungkan pertanyaan, Gairah atau ikigai apa yang bisa memotivasi kamu untuk mengabdikan hidup pada hal yang kamu tekuni.

Analisis

Buku ini ditulis oleh Hector Garcia yang sudah mempelajari mengenai ikigai dan pola hidup orang Jepang, serta Francesc Miralles merupakan penulis terkenal dibidang kesehatan dan spiritualitas. Maka tidak heran bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan pembacanya.

Evaluasi

Sebagai buku international best seller, buku The Ikigai Journey ini memiliki banyak kelebihan. Buku yang didesain dengan warna kuning yang hangat dan design bunga yang sangat merepresentasikan nuansa Jepang. Bagi kamu yang sedang mencari dan memantapkan ikigai sampul buku ini saja langsung akan membuat kamu menjadi lebih penasaran.

Namun, kamu harus bisa memahami dan meresapi isi dari buku ini secara perlahan. Mungkin untuk sebagian orang buku ini akan membuat rasa jenuh. Pembaca harus bersabar dan mau belajar sehingga dapat menyerap nilai-nilai yang diajarkan pada The Ikigai Journey.

(Referensi: https://www.gramedia.com/best-seller/review-buku-the-ikigai-journey-karya-hector-garcia-dan-francesc-miralles/#Tentang_Penulis_Hector_Garcia_dan_Francesc_Miralles )

 

Baca juga: Perbedaan Buku Fiksi dan Non Fiksi dari Unsurnya, Cari Tahu Yuk!

 

5. Contoh Resensi Novel berjudul “Perburuan Piring Emas”

Identitas

Judul : “Perburuan Piring Emas”

Pengarang: Jacques Futrelle

Jumlah Halaman : 172 halaman

Penerbit: Laksana

Tahun Publikasi: 2022

Orientasi

Perburuan Piring Emas atau yang dalam judul aslinya adalah The Chase of the Golden Plate merupakan novel karya  Jacques Futrelle, penulis misteri asal Amerika.  Novel ini merupakan novel yang legendaris, karena diterbitkan pertama kali pada tahun 1906. Adapun  Jacques Futrelle sendiri, tewas dalam tragedi tenggelamnya kapal Titanic yang kita kenal sampai saat ini.

Sinopsis

Di tengah pesta topeng masyarakat kelas atas, seseorang melakukan pencurian yang berani. Beberapa lempengan emas telah dicuri, nilainya diperkirakan mencapai lima belas ribu dollar. Yang lebih mengejutkan lagi adalah kenyataan bahwa kejahatan tersebut tampaknya dilakukan oleh seorang tamu yang mengenakan kostum Pencuri, lengkap dengan pistol yang terisi peluru asli!

Bersembunyi di depan mata, pencuri itu melarikan diri dengan jarahannya dan pergi bersama seorang wanita yang berambut pirang dan cantik. Pihak berwajib kesulitan mencari identitas sang pelaku, karena tidak ada ciri-ciri apa pun yang bisa dikenali dari sang Pencuri. Gadis cantik berambut pirang pun tidak membantu. 

Seorang wartawan yang penuh rasa ingin tahu ikut mengusut kasus ini hingga akhirnya dia punya lebih banyak informasi dan fakta daripada pihak berwajib yang seharusnya lebih unggul. Berikut akan disajikan kisah mencekam tentang romansa, kehormatan, dan misteri yang menampilkan Profesor Van Dusen tercinta, yang lebih dikenal sebagai Mesin Berpikir. 

Analisis

Masih bertahan di bagian best seller hingga 117 tahun berikutnya, sebenarnya sudah membuktikan eksistensi novel klasik yang satu ini.  Novel  Perburuan Piring Emas memang menampilkan intrik yang berlimpah melalui ceritanya. Mulai dari premis, teknik penulisan, alur cerita, dan misteri yang disajikan dapat memuaskan pembaca.

Pada awal kisah ini, pembaca akan disuguhi dengan suasana glamor, megah, dan menyenangkan.  Jacques Futrelle berhasil membentuk banyak ekspektasi atau kemungkinan skenario yang dapat terjadi selanjutnya di benak pembaca. Namun,  Jacques Futrelle sukses juga mengejutkan pembaca dengan langsung menyajikan konflik utama di bagian yang terlalu awal.

Pembaca kemudian diajak terlibat dalam misteri yang tidak sederhana ini. Misteri yang sulit untuk dipecahkan, yang membentuk banyak spekulasi yang salah. Jacques Futrelle berhasil menyajikan twist yang mengejutkan pembaca. 

Evaluasi

Secara keseluruhan, kisah klasik ini menyajikan angin segar yang bisa memuaskan para pecinta kisah misteri.  Novel yang bisa membawa pembaca menyusuri masa lalu yang penuh dengan kemegahan, tetapi juga konflik yang kompleks.  Novel ini sangat direkomendasikan untuk mengisi waktu luang. 

Namun, novel  Perburuan Piring Emas ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada gaya penulisannya yang terkesan kurang mengalir, yang bisa dimaklumi karena buku ini ditulis lebih dari 100 tahun yang lalu. Beberapa pembaca mungkin merasa kesulitan dalam memahami beberapa bagian, tetapi secara keseluruhan novel ini bisa dinikmati.

(Referensi: https://www.gramedia.com/best-seller/review-novel-perburuan-piring-emas-karya-jacques-futrelle/ )

 

6. Contoh Resensi Film berjudul “Keluarga Cemara”

Identitas

Judul : “Keluarga Cemara”

Sutradara: Yandy Laurens

Durasi : 110 menit

Tanggal Rilis: 2018

Pemain: Ringgo Agus, Nirina Zubir, Zara Adhisty, Widuri Putri

Orientasi

Film Keluarga Cemara mungkin bukanlah film terbaru, namun kesannya masih membekas di hati penontonnya. Film ini mengisahkan kisah keluarga yang sederhana namun mengharukan. ‘Keluarga Cemara’ diangkat dari sinetron tahun 1990-an dengan judul yang sama. Cerita versi film yang ditulis Yandy Laurens bersama Gina S. Noer memiliki perbedaan dengan versi sinetron yang ditulis Arswendo Atmowiloto. Misalnya latar tempat, latar waktu menjadi lebih modern, karakter Euis lebih modern, tidak kembali ke Jakarta. Meski begitu, tidak mengurangi esensi dari cerita yang sudah ada tetapi justru melengkapi.

Sinopsis

Keluarga Cemara berkisah tentang kehidupan keluarga di Jakarta yang sebelumnya berkecukupan dan kemudian berubah ketika mereka mengalami masa sulit akibat paman yang meminjam sertifikat rumah milik Abah (Ringgo Agus Rahman) yang membuat Abah bangkrut. Kemudian untuk sementara waktu, Abah memutuskan untuk pindah ke rumah di daerah terpencil Bogor, Jawa Barat. Rumah tersebut adalah warisan dari ayah Abah dan merupakan tempat di mana Abah menghabiskan masa kecilnya. Dalam persidangan, ternyata Abah kalah dan keluarga mereka terancam hidup dalam kemiskinan di desa tersebut untuk selamanya. Abah kemudian menjadi driver ojek online yang berpenghasilan tidak tetap. 

Sehingga, Euis (Adhisty Zara) anak pertama dari keluarga ini menjadi sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, sedangkan Ara (Widuri Putri Sasono) masih belum paham arti bankrut yang dialami keluarganya. Keluarga ini pun memiliki tekad untuk pindah kembali ke Jakarta karena tidak mampu beradaptasi dengan menjual tanah rumah warisan keluarga. 

Akan tetapi, pada akhirnya mereka mengurungkan keinginan tersebut dan menyadari di rumah inilah mereka semakin memahami tentang kasih sayang. Mereka harus bersatu dan mengatasi semua rintangan yang datang, sambil belajar menghargai nilai-nilai kekeluargaan dan melawan kesulitan dengan kekuatan persatuan. Cerita ini bertambah lebih menarik dengan lahirnya anak ketiga yang menambah kebahagiaan dalam keluarga tersebut.

Analisis

Film Keluarga Cemara mempunyai alur yang menarik dan mendalam karena menghadirkan pesan-pesan berarti sepanjang ceritanya. Film ini mengingatkan kita akan pentingnya keluarga dalam kehidupan. Terlepas dari situasi sulit atau bahagia, keluarga tetap menjadi tempat pulang. Dengan penyajian cerita yang sederhana namun realistis, film ini mampu merangkul kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Film ini berhubungan erat dengan kehangatan dan melibatkan banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil.

Evaluasi

Sayangnya, di tengah kehangatan emosional dan nostalgia yang dihadirkan dalam setiap adegan, film Keluarga Cemara juga mempunyai beberapa kekurangan yang mengurangi kenyamanan dalam menontonnya. Beberapa adegan terasa tidak memiliki arah yang jelas, seperti kemunculan tiba-tiba sosok debt collector.

Selain itu, kehadiran penyedia layanan transportasi daring juga dianggap mengganggu karena sering muncul dan terkesan sebagai bentuk promosi yang berlebihan. Beberapa adegan juga masih terasa seperti adegan dalam sinetron televisi, misalnya saat Abah mengalami kecelakaan, di mana penonton diberi petunjuk yang terlalu jelas melalui gerakan kamera dan dialog, seperti dalam adegan sinetron. Bahkan pada akhir film, terdapat upaya untuk menambahkan sedikit kesedihan yang terasa dipaksakan.

(Referensi: https://formadiksi.um.ac.id/resensi-film-keluarga-cemara/ )

 

Baca juga: Mengulik Novel dari Struktur, Kaidah Kebahasaan, Ciri, Unsur, dan Jenisnya

 

7. Contoh Resensi Cerpen berjudul “Senyum Karyamin”

Identitas

Judul : “Senyum Karyamin”

Pengarang: Ahmad Tohari

Jumlah Halaman : 71 halaman

Penerbit: Kompas Gramedia

Tahun Publikasi: 2013

Orientasi

‘Senyum Karyamin’ mengandung konflik seperti harga diri, kepedulian, kekhawatiran, kesemena-menaan, keputusasaan, dan toleransi. Dan semua itu adalah realitas atas kehidupan manusia. Meskipun cetakan pertamanya ditulis tahun 1989, namun nilai yang dibawa masih relevan hingga zaman sekarang. Cerpen ini mengangkat kehidupan warga pedesaan.

Sinopsis

Bercerita tentang seorang pemuda pengangkat batu kali yang bernama Karyamin. Karyamin dan kawan-kawannya setiap hari harus mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material. Kesewenang-wenangan para tengkulak mempermainkan harga batu membuat kehidupan Karyamin dan kawan-kawannya tak menjauh dari kemiskinan dan kelaparan. Para pengumpul batu itu senang mencari hiburan dengan menertawakan diri mereka sendiri. Itu adalah cara mereka untuk bertahan hidup. “Bagi mereka, tawa atau senyum sama-sama sah sebagai perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya tanjakan.”

Pagi itu seperti biasa Karyamin mengangkut batu bersama kawan-kawannya. Namun beberapa kali ia tergelincir. Ia merasakan matanya berkunang-kunang dan perutnya melilit. Setiap kali tubuh Karyamin meluncur dan jatuh terduduk, beberapa kawannya terbahak bersama. Ketika bibir Karyamin nyaris membiru dan pening di kepalanya semakin menghebat menahan rasa lapar yang menggigit, Karyamin memutuskan untuk pulang walaupun ia tahu tak ada apapun untuk mengusir suara keruyuk dari lambungnya. Kegetiran Karyamin semakin menjadi ketika sesampainya di rumah Pak Pamong menagih sumbangan dana Afrika untuk menolong orang-orang yang kelaparan di sana.

Analisis

Tema yang diangkat dalam cerpen ‘Senyum Karyamin’ adalah perjuangan. Ahmad Tohari menempatkan Karyamin sebagai tokoh yang pantang menyerah dan memiliki hati yang sabar. Cerpen ini dekat dengan kehidupan sehari-hari, karena latar suasana yang digambarkan berupa kesedihan dan kesenangan. Pengarang banyak menggunakan majas hiperbola dan personifikasi pada cerpen ini.

Evaluasi

Banyak pesan moral yang bisa diambil pembaca dalam cerpen ini. Namun, ada beberapa kata kasar dan kata daerah yang sulit dimengerti. Cerpen ini memberikan pelajaran tentang nilai moral terutama perihal tanggung jawab kemanusiaan. Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan yang ada, cerpen ini tetap nyaman dan layak untuk dibaca. Cerpen ini cocok dibaca untuk kalangan remaja hingga dewasa, ataupun penggemar cerita pendek klasik.

(Referensi: https://www.bahasaindonesiasmait.com/2022/04/resensi-cerpen-senyum-karyamin.html

https://medium.com/@ditharchive/resensi-kumpulan-cerpen-senyum-karyamin-karya-ahmad-tohari-c63788e202d7 )

 

8. Contoh Resensi Buku Non Fiksi berjudul “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat”

Identitas

Judul : “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat”

Pengarang: Mark Manson

Jumlah Halaman : 71 halaman

Penerbit: Kompas Gramedia

Tahun Publikasi: 2013

Orientasi

Bagaimana cara fokus dengan hal-hal penting dalam hidup? Mark Manson mengajak pembaca untuk  untuk melepaskan diri dari belenggu kekhawatiran, mencari arti yang lebih dalam dalam hidup, dan mengadopsi sikap yang lebih santai dan tak peduli terhadap hal-hal yang tidak benar-benar penting dalam buku ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, Mark Manson telah menjadi salah satu penulis paling berpengaruh dalam genre motivasi dan pengembangan diri. Karyanya telah memengaruhi banyak orang untuk mengeksplorasi hidup dengan lebih jujur, berani, dan autentik.

Sinopsis

Novel yang berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat bercerita tentang seseorang yang bernama Charles Bukowski yang mempunyai masa lalu yang kelam, suka mabuk-mabukan, berjudi, mempermainkan wanita, kasar, tukang utang dan seorang penyair. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis terkenal namun karya-karyanya selalu ditolak oleh hampir disetiap majalah, jurnal-jurnal, surat kabar dan penerbit lainnya. Semua penerbit tersebut tidak mau menerbitkan karyanya dengan alasan tulisannya yang kasar, menjijikkan dan tidak bermoral.

Berpuluh tahun Bukowski hidup sebagai penyair dan kehidupan yang buruk, sampai pada akhirnya ada seorang editor yang tertarik akan karya Bukowski sehingga editor tersebut mau membantu untuk menerbitkan karya Bukowski. Mulai dari situlah Bukowski menulis karya-karya dan menjadi sukses. Novel ini merupakan cerita dibalik kesuksesan Bukowski yang sesungguhnya. Dia merasa “nyaman” dengan dirinya yang dianggap sebagai sebuah kegagalan.

Novel ini merupakan kisah nyata Bukowski yang intinya bagaimana ia menyikapi kegagalan dan kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya dengan cara bersikap “bodo amat” sehingga dia bertahan, merasa baik dan menerima disaat keadaan buruknya sehingga dia bisa menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut. Dengan bersikap bodo amat akan hal-hal atau masalah yang dihadapi maka kita sudah berhasil memutus rantai lingkaran setan.

Analisis

Mark Manson memiliki gaya penulisan yang lugas, tulus, dan humoris. Ia menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menekankan pesan-pesannya dengan penggunaan analogi dan cerita pendek yang menarik. Gaya penulisannya yang menghibur membuat buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat mudah diikuti dan menyenangkan untuk dibaca.

Meskipun buku  Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat menyentuh beberapa konsep filosofis, beberapa pembaca mungkin merasa bahwa pendekatan Mark Manson terlalu permukaan dan tidak membahas secara mendalam konsep-konsep tersebut. Bagi mereka yang mencari pemahaman filosofis yang lebih mendalam atau analisis yang komprehensif, buku ini mungkin terasa sedikit kurang memuaskan.

Selain itu, pendekatan Mark Manson yang lugas dan kontroversial mungkin tidak sesuai dengan selera dan kebutuhan semua pembaca. Beberapa orang mungkin merasa bahwa buku ini terlalu “keras” dan tidak relevan dengan kehidupan mereka.

Evaluasi

Salah satu kekurangan yang dapat ditemukan dalam buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat adalah pandangan-pandangan yang disampaikan oleh Mark Manson bisa jadi kontroversial bagi sebagian orang.

Seni bersikap bodo amat dan penekanan pada kepuasan diri sendiri dapat dianggap sebagai sudut pandang yang egois atau tidak bertanggung jawab bagi beberapa pembaca. Beberapa orang mungkin tidak setuju dengan pandangan-pandangannya yang mencabut beban tanggung jawab dan menempatkan kebahagiaan individu di atas segalanya.

Namun,  buku ini tetap layak untuk menjadi salah satu buku pengembangan diri terbaik di abad ini karena menawarkan perspektif yang berbeda, menarik, dan menyegarkan.

(Referensi: https://www.gramedia.com/best-seller/review-buku-seni-bersikap-bodo-amat/ 

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/resensi/sebuah-seni-untuk-bersikap-bodo-amat )

 

Baca juga: Bagaimana Cara Menulis Artikel? Pelajari Struktur & Kebahasaannya 

 

9. Contoh Resensi Film berjudul “Budi Pekerti”

Identitas

Judul : “Budi Pekerti”

Sutradara: Wregas Bhanuteja

Durasi : 110 menit

Tanggal Rilis: 2022

Pemain: Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, Ine Febriyanti, Dwi Sasono

Orientasi

Wregas Bhanuteja kembali membuktikan tajinya sebagai pencerita ulung melalui Budi Pekerti. Ia menghadirkan fenomena cancel culture dengan sentuhan personal, menjadikannya begitu dekat dan membekas dalam benak. Kemampuan bertutur Wregas lewat film memang tak perlu diragukan. Apalagi, ia memusatkan cerita Budi Pekerti di Yogyakarta yang tak lain adalah kampung halamannya sendiri.

Sinopsis

Film Budi Pekerti berlatar tempat di Yogyakarta ketika masa pandemi Covid-19. Film ini berkisah tentang seorang guru Bimbingan Konseling (BK) yang bernama Bu Prani (Ine Febriyanti) yang berselisih paham dengan salah satu pengunjung di pasar. Ketika perselisihan itu sedang terjadi, tanpa sepengetahuannya ada seseorang yang merekam dan mengunggahnya pada media sosial.

Selanjutnya video yang telah diunggah tersebut akhirnya viral dan mendapatkan komentar negatif dari netizen. Netizen menilai sebagai seorang guru, sikap Bu Prani tidak mencerminkan seorang guru yang baik.

Video yang telah viral tersebut akhirnya didengar oleh kepala sekolah tempat dia mengajar. Atas kejadian tersebut pihak sekolah mengancam akan mengeluarkannya dari sekolah.

Selain berdampak pada sekolah, kejadian itu juga ikut berdampak pada keluarganya. Keluarga Bu Prani tidak bisa tenang karena identitas mereka selalu dicari-cari kesalahannya. Selain itu, mereka dihakimi dan dikecam atas kejadian tersebut.

Diceritakan, Bu Prani memiliki dua anak yaitu Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda). Kedua anak Bu Prani tersebut pun bertekad ingin membantu permasalahan ini agar cepat terselesaikan. Mereka juga menjaga supaya bapak mereka yang bernama Didit (Dwi Sasono) tidak mengetahui permasalahan tersebut karena sedang mengidap depresi.

Bagaimanakah kelanjutan kisah Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda) dalam mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang mereka hadapi? Apakah masalah ini akan terus berlanjut atau berakhir dengan klarifikasi?

Analisis

Wregas bak enggan menggunakan Yogyakarta hanya untuk marketing stunt belaka. Ia justru mengerahkan memori masa kecilnya di kota itu dan mengawinkannya dengan berbagai referensi masa kini.

Hasilnya begitu memuaskan. Latar itu berperan penting dalam menyuguhkan nyawa film, baik secara narasi maupun visual. Budi Pekerti juga terasa membumi sekaligus nyata, menunjukkan usaha Wregas merawat akurasi latar dan suasana secara teliti dan bijak.

Di sisi lain, Budi Pekerti juga brilian dalam menyuguhkan dialog yang hampir seluruhnya berbahasa Jawa. Film ini ternyata berhasil memastikan semua karakternya dapat berinteraksi secara luwes, bahkan dalam urusan aksen medok

Saya tentu tidak ragu dengan ketelitian Wregas dalam menulis dialog. Ia terbukti cermat menentukan dialog mana yang harus memakai bahasa Jawa ngoko, krama inggil , kombinasi dengan bahasa Indonesia, termasuk kapan harus mengumpat atau ‘misuh’.

Kemampuan itu diimbangi dengan penampilan prima semua aktor yang terlibat, bahkan bagi mereka yang hanya mendapat screen time kurang dari semenit.

Evaluasi

Budi Pekerti menghadirkan sejumlah simbol semiotika pada visualnya yang bisa dibilang jadi ciri khas tersendiri. Sayangnya, arti dari beberapa simbol semiotika tersebut kurang tergambarkan dengan jelas sewaktu menonton, berbeda seperti film garapan Wregas sebelumnya yaitu Penyalin Cahaya yang artinya sangat jelas.

Terlepas dari hal tersebut, cara pengambilan gambar dalam film ini tetap membuat sejumlah adegannya jadi terasa semakin dramatis. Begitu juga scoring dan soundtrack sepanjang filmnya yang sukses membuat momen Bu Prani membuktikan dirinya tak bersalah jadi semakin terasa emosional.

Meski bergenre drama, Budi Pekerti terasa seperti sebuah ‘film horor’ yang membuat kita ketakutan setelah nonton sehingga lebih berhati-hati dalam bersikap di ruang publik dan ranah media sosial. Rasanya sangat layak jika Budi Pekerti disebut sebagai salah satu film terbaik pada tahun ini. 

(Referensi: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20231103183501-220-1019812/review-film-budi-pekerti.

https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7015631/sinopsis-film-budi-pekerti-kisah-seorang-guru-menghadapi-cyber-bullying 

https://kincir.com/movie/review-film-budi-pekerti-2023/ ) 

 

10. Contoh Resensi Buku Non Fiksi berjudul “Habit is Power”

Identitas

Judul : “Habit is Power”

Pengarang: Tjahjo Harry Palopo

Jumlah Halaman : 188 halaman

Penerbit: Checklist

Tahun Publikasi: 2021

Orientasi

Sebuah kebiasaan pada diri sendiri merupakan ciri khas yang cukup sulit untuk dihilangkan. Apalagi jika kebiasaan itu sudah sejak kecil kita lakukan, baik dalam hal positif maupun negatif. Namun, jika kamu mempunyai kebiasaan negatif, tentunya menjadi suatu hal yang tak baik kedepannya bagi diri kita sendiri.

Melalui buku Habit is Power, pengarang mengajak kita untuk mengenali cara untuk menghilangkan kebiasaan lama yang sudah mengakar pada diri kita sendiri. Kebiasaan lama itu yang tentunya berdampak negatif, sehingga kita harus menghancurkan kebiasaan lama tersebut. Kita dapat mengganti kebiasaan negatif itu menjadi hal yang positif.

Sinopsis

Dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, kita mempunyai kebiasaan yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dan kebiasaan itu dapat berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Kebiasaan lama jika tidak dipelajari dan dilakukan dengan baik juga tak akan menghasilkan perubahan baru yang positif, termasuk masa depan yang sukses bagi kita.

Kita tentunya harus mengubah kebiasaan lama yang negatif itu agar berubah menjadi positif untuk diri kita. Namun, motivasi saja tidak cukup untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Memang motivasi suatu hal berupa niat untuk memulai, tetapi kebiasaanlah yang akan membuat kita tetap terus menjalaninya.

Untuk meraih pencapaian tertentu, kita harus berusaha untuk menghancurkan kebiasaan lama yang buruk dan mulai membangun kebiasaan yang positif. Buku ini akan sangat membantu kamu untuk mewujudkan semua itu. Bahkan, kamu akan mencapai kesuksesan serta impian yang diinginkan.

Analisis

Tips dan cara yang disampaikan penulis pada buku Habit is Power sangat bagus, sehingga cocok untuk pembaca yang sedang memperbaiki kualitas hidup. Ide yang disampaikan juga cukup fresh, tidak bertele-tele, dan menggunakan bahasa yang sederhana.

Evaluasi

Sayangnya, penulis hanya memberikan cara dan saran dengan tertulis tanpa memberikan hal yang bersifat praktikal di kehidupan sehari-hari. Namun, buku ini sangat worth it untuk dibaca. Di aplikasi Goodreads, Habit is Power memiliki rating 4 dari 5. Ini menandakan pembaca cukup menyukai keseluruhan buku. Selain mudah untuk dibaca, buku ini lumayan singkat, sehingga dapat dihabiskan dalam jangka waktu yang pendek.

(Referensi: https://www.gramedia.com/best-seller/review-buku-habit-is-power/ )

 

11. Contoh Resensi Film berjudul “Wicked”

Identitas

Judul : “Wicked”

Director: Jon M. Chu

Durasi : 2 jam 40 menit

Tahun Rilis: 2024

Pemain: Cynthia Erivo, Ariana Grande, Jonathan Bailey, Ethan Slater, Bowen Yang, Marissa Bode, Peter Dinklage, Michelle Yeoh, dan Jeff Goldblum.

Orientasi

Bayangkan bila ternyata semua yang kita tahu hanya kebohongan hasil fabrikasi para pemegang kuasa. Begitulah rasanya menonton Wicked, yang mengadaptasi pertunjukan Broadway berjudul sama, yang juga berasal dari novel Wicked: The Life and Times of the Wicked Witch of the West karya Gregory Maguire. Tatanan dunia The Wonderful Wizard of Oz karya L. Frank Baum diobrak-abrik, dan lewat ayunan tongkat ajaib John M. Chu selaku sutradara, melahirkan salah satu film musikal terbaik di era modern.

Sinopsis

Melalui film legendaris The Wizard of Oz (1939), banyak orang berkenalan dengan keajaiban dunia Oz. Penyihir Oz yang pemurah walau memalsukan kekuatannya, Glinda si penyihir baik hati, hingga Wicked Witch of the West yang ditakuti. Kita familiar dengan mereka semua. Tapi bagaimana kalau realitanya jauh berbeda?

Si penyihir jahat dari Barat rupanya hanya perempuan bernama Elphaba Thropp (Cynthia Erivo) yang menjadi korban perundungan, bahkan oleh ayahnya sendiri, akibat terlahir dengan kulit berwarna hijau. Sedangkan Glinda (Ariana Grande) bukan figur suci nan sempurna sebagaimana citranya selama ini, melainkan gadis manja penyuka warna merah muda, yang bisa mendapatkan apa pun keinginannya berkat segala privilege miliknya.

Keduanya berkenalan di Universitas Shiz, dan awalnya saling tidak menyukai akibat kesenjangan di antara mereka. Terlebih saat Glinda tahu kalau Elphaba, yang diam-diam memiliki kekuatan sihir, merupakan siswi kesayangan Madame Morrible (Michelle Yeoh), si kepala sekolah yang jadi idolanya. Tapi seiring waktu Elphaba dan Glinda mulai bersahabat, lalu bersatu untuk menghadapi banyaknya ketidakadilan yang menggelayuti Oz.

Analisis

Jika Elphaba adalah manifestasi drama kisah ini, maka Glinda mewakili sisi komedik yang lebih ringan. Baik Cynthia Erivo yang mengangkat kekuatan emosi banyak adegan, maupun Ariana Grande dengan kehebatannya mengolah ragam gerak-gerik menggelitik, sama-sama tampil luar biasa.

Dari situlah formula familiar dunia Oz dimodifikasi. Naskah buatan Winnie Holzman dan Dana Fox menyelipkan subteks rasisme yang tak hanya berkutat di ranah isu sosial, tapi juga politis. Wicked adalah soal “framing”. Ketika para penguasa memanfaatkan golongan yang dianggap berbeda dengan menyetir citra mereka ke arah negatif, dan membangun stigma bahwa perbedaan tersebut adalah hal mengerikan yang harus diwaspadai. Relevansinya begitu tinggi.

Jubah hitam, topi kerucut yang juga berwarna hitam, serta sapu terbang. Karena kisah yang telah diwariskan sedari dulu, secara otomatis, kesan negatif langsung mencuat di benak kebanyakan orang sewaktu mendengar imageries di atas. Tapi bagaimana kalau ternyata semua itu hanya gaya berpakaian yang tak ada kaitannya dengan baik/jahat?

Dentuman musik gubahan John Powell dan Stephen Schwartz, deretan koreografi asyik yang tak jarang mampu memancing senyum, tata artistik sarat kreativitas (adegan berlatar “perpustakaan yang berputar” jadi contoh terbaik) juga sinematografi megah arahan Alice Brooks, mampu disatukan oleh John M. Chu guna menghantarkan ragam nomor musikal epik yang tidak hanya memikat mata, pula mengikat hati.

Dua musikal tampil paling menonjol terkait presentasi emosi, yakni Dancing Through Life yang mengawali persahabatan Elphaba dan Glinda lewat sebuah “tarian sunyi” yang begitu menyentuh, dan tentunya Defying Gravity yang menciptakan klimaks dengan banyak ledakan rasa.

Berlatar langit senja Oz, Chu memotret Elphaba layaknya sosok agung yang akhirnya memutuskan untuk melayang di angkasa, menatap orang-orang yang berdiri diam di bawahnya sembari membiarkan diri mereka dikuasai ketakutan akibat stigma, sebelum kemudian pergi menempuh jalan pilihannya sendiri. Tatkala orang-orang memilih ruang aman dengan mengamini manipulasi penguasa, Elphaba berani melawan, biarpun itu membuatnya dicap sebagai penebar teror.

Evaluasi

Durasinya memang bergulir agak terlalu lama (Part One ini berdurasi 160 menit, di saat versi Broadway total “cuma” berlangsung 150 menit), tapi di sinilah musikalnya berperan. Sebuah musikal yang benar-benar berperan menggerakkan alur sekaligus menguatkan penokohan tiap karakternya.

(Sumber: https://movfreak.blogspot.com/2024/11/review-wicked.html)

 

12. Contoh Resensi Film berjudul “Ada Apa Dengan Cinta 2”

Identitas

Judul: Ada Apa dengan Cinta 2

Sutradara: Riri Riza

Produser: Mira Lesmana

Pemain: Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo, Sissy Priscillia, Adinia Wirasti, Titi Kamal, Ario Bayu, Christian Sugiono, Dennis Adhiswara, Mian TIara, Dimi Cindyastira, Chase Kuertz, Lei-Lei Bavoil

Tahun Rilis: 2016

Sinopsis

Cinta sudah dewasa dan berencana untuk menikah. Namun sebelum itu Ia dan teman-temannya pergi ke Yogyakarta untuk liburan. Teman-temannya secara tak sengaja melihat Rangga dan memutuskan agar mereka bertemu. Mereka pun akhirnya bertemu dan membahas semua yang terjadi di antara mereka. Rangga memutuskan Cinta karena disuruh oleh Ayahnya. Setelah itu mereka tetap bercerita untuk menyelesaikan masalah hingga Cinta ‘diculik’ ke Magelang dan pulang ke penginapan subuh hari. Sebelum pamit, Rangga malah melayangkan ciuman dan disitulah drama yang lebih besar terpicu.

Analisis

Sebagai lanjutan dari Ada Apa dengan Cinta yang pertama, film ini sukses memberikan nostalgia pada para penonton yang tumbuh bersama tokoh dari film ini. Jalan ceritanya sederhana, semua setting tetap di Indonesia, terutama di Yogyakarta, tempat yang dekat dengan semua orang. Scene di Yogyakarta dan Magelangnya bagus sekali hingga bisa menumbuhkan animo masyarakat untuk pergi mengunjungi temapat film ini diproduksi.

Evaluasi

Ending yang masih menggantung membuat penonton kurang puas. Sepertinya akan ada lagi lanjutannya karena ending scene nya malah ada di pasangan Mamet dan Mili. Terasa kurang pas saja. Terlalu banyak alur yang sepertinya dipotong secara brutal. Mungkin ada alasannya yang hanya diketahui oleh para seniman pembuat film ini.

Film ini cocok untuk kamu tonton kapan pun. Film ini dibintangi oleh para pemain yang benar-benar berpengalaman. Para pemain yang dulunya masih junior sekarang sudah bisa dibilang senior. Jadi kualitas aktingnya pun lebih bagus.

 

13. Contoh Resensi Buku Fiksi berjudul “Le Petit Prince”

Identitas

Judul: Le Petit Prince

Pengarang: Antoine de Saint-Exupéry

Jumlah Halaman: 120 halaman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Publikasi: 2022

Orientasi

Tidak banyak orang yang tertarik pada buku anak-anak. Mulanya, banyak yang berpikir demikian tentang buku ini. Dari sampulnya saja, sudah tergambar sosok seorang anak berambut kuning. Mayoritas akan berpikir bahwa buku ini berkisah tentang dongeng anak. Namun, begitu membuka halaman awal, sesuatu menggelitik.

Sinopsis

Biasanya, halaman pengantar tidak terlalu menarik untuk dibaca. Akan tetapi, buku ini-Le Petit Prince (Pangeran Cilik)– memiliki keunikannya bahkan sejak halaman pertama. Kepada anak-anak aku mohon maaf, karena mempersembahkan buku ini kepada seorang dewasa. Di luar harapan, kejutan akan menyapa begitu kita membalik halaman berikutnya. Salah satu hal yang paling unik dari buku ini adalah sebuah kutipan “semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak”. Maka, pada akhirnya buku ini tidak mengenal usia. Siapapun berhak membaca. Siapa saja perlu dihibur.

Le Petit Prince (Pangeran Cilik) termasuk salah satu buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Sang pengarang, Antoine de Saint-Exupéry begitu apik menyajikan cerita dari sudut pandang seorang anak yang naif dan lugu. Si penulis, begitu lihai menyentuh nilai-nilai dasar kehidupan yang patut untuk menjadi renungan. Tak heran, jika buku ini sudah mencapai cetakan kedua puluh enam di tahun 2022 ini.

Terakhir, kepada H. Chambert-Loir apresiasi amat tulus dipersembahkan. Karena setiap kata, setiap kalimat yang tertuang dalam buku ini menjadi karya sastra yang halus dan amat tinggi. Sebagaimana halnya sebuah kisah, Le Petit Prince (Pangeran Cilik) mengandung pengalaman berharga dan nuansa penuh amanat serta pengalaman samaran bagi orang dewasa.

Orang dewasa tidak pernah mengerti apa-apa sendiri, maka sungguh menjemukan bagi anak-anak perlu memberi penjelasan terus menerus.

Kutipan ini agaknya cukup mengusik. Ia memberi kesan bahwa orang dewasa memiliki kecenderungan banyak bertanya karena nihil pengetahuan. Namun, lewat cerita dari buku Le Petit Prince (Pangeran Kecil) ini kita diajak untuk merepresentasikan pengalaman masa kecil kita dalam sudut pandang yang berbeda. Dari bab pertama saja, pencerita sudah berkisah tentang mimpi masa kecilnya. Namun, pemikirannya yang lugu harus patah karena orang-orang dewasa dianggapnya mematahkan angannya. Orang dewasa yang digambarkan memberi nasihat itu, mengantarkan pencerita pada impian baru hingga membawanya memilih jalan hidup sebagai pilot.

Dalam perjalanannya sebagai seorang pilot, si pencerita kemudian bertemu dengan Pangeran Kecil berambut kuning. Pertemuan itu memberikan suatu pelajaran, bahwa betapapun tidak masuk akal, apabila sebuah keajaiban yang memukau terjadi, kita tidak berani membantah. Pun dengan perjumpaan keduanya, kemudian melahirkan cerita dan petualangan.

Sang Pangeran Cilik yang nampaknya banyak bertanya ini membawa pembaca kembali merenungi nilai-nilai dan pengalaman manusia yang paling dasar; tanggung jawab, cinta, ketergantungan, kekuasaan, dan ketulusan. Berbagai kisah luar biasa namun dengan metafora yang indah ini memberikan banyak pengalaman kehidupan. Misalnya saja, pengalaman Pangeran Cilik dengan sekuntum bunga yang pada akhirnya memberikan pembelajaran untuk tidak menilai seseorang atas dasar kata-kata semata, namun perlu memperhatikan perbuatannya.

Demikianlah, Pangeran Cilik kemudian berbagi kisah. Termasuk dari mana ia berasal, sebuah planet yang tidak lebih besar dari sebuah rumah. Bahkan, dari penamaan planet asal Sang Pangeran Cilik-Asteroid B612- ini, kita tersadar tentang fakta bahwa orang dewasa menyukai angka-angka. Selama bersama, Si Pencerita mengetahui sesuatu yang baru tentang Sang Pangeran Cilik.

Termasuk di antaranya adalah keberangkatannya maupun perjalanannya. Rentetan pengalaman membawa Pangeran Cilik bertemu dengan banyak orang, satu diantaranya adalah kisahnya dengan seorang raja yang mengesankan pada kita bahwa mengadili diri sendiri lebih sulit daripada mengadili orang lain. Jika berhasil akan itu, maka kamu adalah orang yang bijaksana.

Pada akhirnya, Pangeran Cilik mengajari kita bahwa setiap orang memiliki satu hal berharga yang berbeda-beda. Orang sekali-kali lalai terhadap hal berharga itu. Namun, lagi-lagi kita harus ingat dan bertanggung jawab atas hal berharga tersebut. Pun saat akan menilai sesuatu, dalam sebuah perjalanan Pangeran Cilik mengingatkan kita akan sesuatu yang berharga, begini kalimatnya “Hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata.”

Analisis

Ada lebih banyak kisah dan petualangan yang menarik dari buku ini. Meski terlihat sederhana, sejujurnya buku ini melahirkan banyak wawasan dan pengetahuan baru tak terduga. Salah satu alasan mengapa buku ini penting untuk dibaca: orang dewasa dapat memahami segalanya, bahkan buku untuk anak-anak. Maka, selamat menyelami petualangan unik dan berharga Bersama Pangeran Kecil!

(Sumber: https://www.ruangguru.com/blog/resensi-buku-le-petit-prince-karya-antoine-de-saint-exupery)

 

14. Contoh Resensi Buku Fiksi berjudul “Almond”

Identitas

Judul: Almond

Pengarang: Sohn Won Pyung

Penerjemah: Suci Anggunisa Pertiwi

Jumlah Halaman: 222 halaman

Penerbit: PT Grasindo

Tahun Publikasi: 2019

Orientasi

Sohn Won Pyung, perempuan kelahiran Seoul ini mengajak pembaca untuk mengetahui lebih dalam kehidupan seorang penderita Alexythimia. Alexythimia sendiri terjadi karena kurang berkembangnya rasa emosional masa kanak-kanak, pasca-gangguan stress traumatis, atau memiliki amigdala dengan ukuran lebih kecil, sehingga tidak bisa mengidentifikasi emosi.

Awalnya, penulis menceritakan bagaimana kehidupan seorang anak bernama Yoonjae yang

yang dijuluki “monster” oleh orang sekitar karena mengidap Alexythimia. Cerita ini dikemas dengan hangatnya unsur kekeluargaan karena dijabarkan bagaimana peran keluarganya dalam mengajarkan Yoonjae cara bersosialisasi, berekspresi, dan berempati.

Tetapi, kehangatan tersebut lenyap saat memasuki pertengahan cerita. Setelah Yoonjae kehilangan seluruh anggota keluarganya, penulis menyuguhkan perjuangan Yoonjae untuk bertahan hidup di tengah kerasnya dunia hingga bertemu “monster” lain dengan latar belakang yang berbeda.

Lewat novel Almond, penulis mampu menggambarkan suatu penyakit secara detail melalui kehidupan seorang tokoh namun tidak terkesan hiperbola. Akibatnya, pembaca mampu merasakan kesedihan dan empati yang cukup mendalam atas cerita yang disuguhkan. Pembawaan ceritanya juga cukup ringan dan mampu menjelaskan suatu masalah dari sudut pandang baru yang mungkin tidak semua orang dapat merasakannya.

Sinopsis

“Anak yang tidak punya rasa takut dan tenang dibandingkan teman sebayanya.” Itulah yang dikatakan ibu Yoonjae dalam menggambarkan sosok putranya. Cerita ini dimulai ketika Yoonjae memiliki tingkah laku yang mengkhawatirkan.

Yoonjae selalu memasang ekspresi wajah yang sama setiap waktu, seperti ketika terkena air panas, melihat temannya terjatuh, melaporkan kejadian pembunuhan yang ia lihat dengan mata kepala sendiri, juga ketika sedang dipuji atau bahkan dicemooh sekalipun.

Dimana pun dan kapan pun ekspresinya tidak pernah berubah, selalu datar. Hal tersebut membuat ibunya khawatir, awalnya ia mengira anaknya mungkin memiliki sifat pendiam, namun ketika semakin gusar ia pun mencoba berkonsultasi dengan dokter dan mendapat hasil yang membuatnya sedih. Hari demi hari cemoohan terus berdatangan kepada Yoonjae.

Terdapat dua alasan mengapa orang menjauhinya, mereka takut seperti halnya Yoonjae adalah monster yang yang harus dijauhi dan mereka merasa kesal karena Yoonjae tidak memiliki empati sedikit pun. Tetapi, meskipun begitu, ibu dan neneknya terus membantu Yoonjae bagaimana cara berekspresi dan berempati.

Berbagai cara dilakukan hingga hal tersebut terasa seperti hafalan yang akan keluar pada ujian tulis. Tak lupa, ibunya juga selalu memberi Yoonjae almond dan berharap almond yang ada di kepala Yoonjae akan semakin membesar seiring waktu. Walaupun ia tahu hal tersebut mustahil.

Hingga ketika mereka bertiga pergi merayakan ulang tahun Yoonjae dengan memakan naengmyeon, mie gandum dengan kuah kaldu sapi yang dingin di tengah derasnya salju turun, ketika itu pula Yoonjae harus kehilangan ibu dan neneknya, anggota keluarga yang hanya dimiliki Yoonjae karena serangan brutal penjahat.

Dalam situasi seperti itu pun Yoonjae tetap mematung dengan wajah datar sembari menyaksikan darah berlumuran di kaca, hingga akhirnya pihak polisi dan ambulance datang. Neneknya dinyatakan wafat dan ibunya harus terbaring di rumah sakit dalam keadaan koma.

Di tengah kesendiriannya, ia bertemu Prof. Shim, pemilik kontrakan yang ia sewa dan ternyata cukup dekat dengan sang ibu. Prof. Shim terus membantu Yoonjae dalam degala hal hingga menjadi wali Yoonjae. Ia juga bertemu Gon, seorang berandalan sekolah yang bahkan sudah menghajarnya ketika mereka pertama kali bertemu.

Setelah Gon mengetahui bahwa Yoonjae tidak akan pernah merubah ekspresinya, Gon semakin kesal dan merasa tertantang untuk mencari tahu lebih dalam tentang Yoonjae. Beberapa interaksi yang terjadi diantara keduanya membuat mereka semakin dekat, dengan berbagai perbedaan dan juga persamaan yang dimiliki, mereka berhasil memberikan pelajaran hidup bagi dirinya masing-masing.

Walaupun keduanya dijuluki “monster” oleh siswa lain, namun persamaan itu lah yang membuat mereka cocok. Menjelang akhir cerita, penulis juga mendatangkan sosok baru yang membuat kehidupan Yoonjae semakin berwarna. Banyak perubahan yang terjadi dalam diri Yoonjae, namun ia sendiri tidak tahu apakah perubahan tersebut mengarah pada hal baik atau buruk.

Analisis

Novel ini memiliki banyak pelajaran hidup secara tersurat maupun tersirat yang dapat pembaca ambil. Seringkali kita menyepelekan emosi yang timbul dalam diri, namun bagaimana dengan orang yang tidak mampu mengutarakan perasaannya dalam bentuk emosi? Setiap peristiwa yang ditampilkan menyadarkan pembaca akan pentingnya empati dan bersyukur.

Dengan latar belakang psikologis, penjelasan mengenai suatu penyakit tersebut sukses memberi wawasan baru dan sudut pandang baru. Terbitnya novel Almond juga bisa membuat masyarakat semakin aware terhadap Alexythimia. Penggunaan sudut pandang pertama membuat pembaca semakin bisa memahami apa yang sebenarnya dirasakan oleh Yoonjae sebagai pengidap Alexythimia.

Bahasa yang digunakan juga ringan dan konflik yang disajikan pas sehingga membentuk kombinasi yang sempurna untuk novel ini. Selain itu, penulis mampu menggambarkan dengan jelas suasana Korea Selatan sebagai latar belakang tempat cerita ini sehingga pembaca bisa dengan mudah membayangkan setiap adegannya.

Evaluasi

Karena mengandung cerita-cerita pada masa SMA sehingga terdapat beberapa adegan yang sudah bisa ditebak, namun tidak mengganggu plot twist yang disajikan di ujung cerita. Penggunaan kata ganti yang cukup banyak juga cukup membingungkan pembaca dalam mengartikan point of view orang yang dimaksud.

(Sumber: https://www.ruangguru.com/blog/resensi-buku-almond-karya-sohn-won-pyung)

 

15. Contoh Resensi Cerpen berjudul “Cinta adalah Kesunyian”

Identitas

Judul Cerpen : Cinta adalah Kesunyian

Nama Pengarang : Gabriel Garcia Marquez

Penerbit : Pusaka Sastra LKiS Yogyakarta

Penerjemah : Anton Kurnia

Tebal Buku : 164 halaman

Cetakan : ke-IV, Juli 2009

Sinopsis

Florentino Ariza sebagai tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan seorang lelaki dewasa yang selalu melamunkan dan membayangkan pujaan hatinya. Fermina Daza, perempuan khayalannya itu tak banyak diceritakan dalam cerpen ini. Namun pengarang lebih menekankan inti cerita pada arti cinta dan kesunyian.

Dalam perjalanan Florentino Ariza, ia mendapatkan kejadian yang sangat tak terduga. Suatu cinta ia dapat dengan sekejap dengan seorang wanita yang tak ia kenal sedikit pun dan hilang begitu saja dalam kesunyian. Dengan bagaimana Florentino Ariza mendapatkan cinta sesaatnya itu? Coba luangkan sedikit waktu untuk membaca cerpen peraih Nobel Sastra ini, mungkin akan menambah inspirasi karya sastra kita.

Analisis

Pengarang menitikberatkan gambaran dan bahasa sastra lama, kebahasaan yang sangat dijiwai pengarang membuat para pembaca kagum. Dan membuat para pembaca lebih terinspirasi. Terutama pada diakhir-akhir alinea, mulai terlihat ciri pengarang yang menggambarkan cerita dapat berakhir dengan hal apapun, tak harus sedih atau pun senang.

Evaluasi

Cerpen ini menggambarkan abad dua puluhan yang kemungkinan besar banyak pembaca sulit membayangkan pada masa itu. Dan mungkin tidak sedikit pembaca akan berhenti di lembar kedua, karena di masa kini sulit untuk memahami bacaan yang tinggi kebahasaannya.

 

16. Contoh Resensi Cerpen berjudul “Aku Mencintaimu dengan Bismillah”

Identitas

Judul Cerpen: Aku Mencintaimu dengan Bismillah

Pengarang: Benny Can

Tebal Buku: 192 Halaman

Cetakan: Tahun 2013

Sinopsis

Cerpen ini menceritakan Rendi yang merupakan pemuda romantis. Dia memiliki perasaan pada seorang gadis bernama Shekar. Pada suatu hari Rendi mengajak Shekar ke pantai saat senja. Di sini Rendi menyatakan cinta pada Shekar.

Akan tetapi Yuli yang merupakan sahabat Rendi tiba tiba datang membawa kabar, apabila Shekar sedang sakit. Dan mengidap penyakit berbahaya yakni Tumor Rahim.

Analisis

Makna dari cerpen ini sungguh mendalam, mengenai sebuah penerimaan dan keikhlasan. Cerpen ini pun mengemas kisah cinta keduanya dengan bahasa yang sangat puitis dan membuat pembaca terbawa suasana.

Evaluasi

Hanya saja yang mengganjal dari cerpen ini adalah endingnya yang tidak jelas atau menggantung. Karena meskipun Rendi mau menerima Shekar yang tidak akan bisa memberinya keturunan namun kita tidak tahu apakah akhirnya mereka bisa menikah.

 

17. Contoh Resensi Novel berjudul “Negeri 5 Menara”

Identitas

Judul Buku: Negeri 5 Menara

Penulis: Ahmad Fuadi

Tebal Buku: 423 halaman

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2009

Orientasi

Novel karya Ahmad Fuadi ini sudah difilmkan. Tokoh utama di dalam novel ini adalah Alif. Ia lahir di Minangkabau. Sejak kecil, Ia mempunyai cita-cita menjadi seperti B. J. Habibie. Oleh karena itu, setelah SMP Ia berencana melanjutkan SMU di Padang. Ia berharap dapat kuliah di jurusan yang diinginkannya.

Sinopsis

Amak Alif berkeinginan Ia menjadi penerus Buya Hamka. Hal ini membuat impian Alif kandas. Orang tuanya menawari untuk sekolah agama atau pergi ke pondok pesantren. Alif sempat kesal, namun Ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Akhirnya, Ia masuk pondok. Pamannya memberi saran untuk masuk ke Pondok Pesantren modern Gontor di Jawa Timur.

Awalnya Alif menjalaninya dengan setengah hati, namun akhirnya Ia tetap ingin melanjutkan di pondok pesantren karena mendengar kalimat bahasa Arab “Man Jadda Wajada” yang artinya adalah barang siapa bersungguh-sungguh pasti bisa.

Di pondok, Ia memiliki teman baru yang berasal dari berbagai daerah. Mereka adalah Raja, Dulmajid, Said, Atang dan Baso. Mereka habiskan waktu sehari-hari dengan hafalan Al-Qur’an, belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris siang malam. Pada tahun pertama, mereka merasa berat namun tahun-tahun berikutnya mereka jalani dengan penuh warna dan pengalaman.

Suatu hari Baso keluar dari pondok, hal ini menggugah semangat Alif dan teman-temannya untuk segera lulus dan menjadi orang sukses serta mewujudkan impiannya untuk pergi ke benua Eropa dan Amerika.

Akhirnya, impian merekan terwujud. Alif berada di Amerika, Atang di Afrika, Raja di Eropa, Baso di Asia, Said dan Dulmajid di Indonesia. Anda dianjurkan untuk tidak meremehkan suatu impian karena Allah Maha Mendengar.

Analisis

Ceritanya menarik dan membuat pembaca penasaran untuk mengetahui lebih lanjut kehidupan di dunia pesantren. Di dalam novel ini banyak dijumpai motivasi.

Evaluasi

Bagian klimaks ceritanya kurang menonjol dan penjelasan mengenai kehidupan beberapa tokoh dalam novel tersebut kurang.

 

18. Contoh Resensi Buku Non Fiksi berjudul “Cewek Smart”

Identitas

Judul: Cewek Smart

Pengarang: Ria Fariana

Penerbit: Gema Insani

Tahun Terbit: 2008

Tebal Buku: 200 halaman

Sinopsis

Buku berjudul Cewek Smart ini dirancang untuk membantu para remaja perempuan agar dapat menyikapi berbagai masalah yang sering dihadapi di sekitarnya. Buku ini juga mengupas berbagai hal mengenai bagaimana cara menjadi perempuan yang cerdas dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Perempuan cerdas yang sesuai dengan syariat yang dimaksud adalah seorang perempuan yang menggunakan kecerdasannya untuk menambah keimanannya. Sehingga cerdas dalam hal ini tidak hanya bisa diukur dari tingginya nilai raport yang diperoleh. Akan tetapi bagaimana mereka mampu menyelesaikan masalah dalam hidup dengan tolok ukur agama dan bertanggung jawab.

Secara umum, buku ini berbicara mengenai dasar-dasar menjadi seorang perempuan soleha yang cerdas dan sesuai dengan syariat. Buku ini juga menjelaskan bahwa remaja perempuan tidak perlu berpacaran dan tidak perlu bersikap centil dan juga penjelasan serta alasannya mengapa tak perlu berlaku demikian.

Karena pada dasarnya, perempuan harus menjalani kehidupan yang praktis dan sarat akan nasihat agar dapat menyelesaikan dan menyikapi masalah dengan bijak. Oleh sebab itu, buku ini sangat bermanfaat untuk membantu menyadarkan para remaja perempuan agar dapat bersikap sesuai dengan syariat atau ajaran agama Islam.

Sehingga dengan membaca buku yang ditulis oleh Ria Fariana ini, setiap orang dapat merenungkan mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Di dalam buku ini juga memuat berbagai kata bijak yang bisa dijadikan sebagai renungan dan motivasi hidup.

Analisis

Kelebihan buku berjudul Cewek Smart ini adalah bermanfaat sebagai penuntut remaja perempuan untuk bersikap dan berperilaku yang benar sesuai dengan syariat agama Islam. Selain itu, buku ini menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami karena bahasanya adalah bahasa yang santai, populer, dan juga gaul.

Cover buku ini juga sangat menarik. Disajikan gambar kartun yang lucu dan penuh warna, sehingga menambah keistimewaan buku ini dan cocok untuk remaja perempuan.

Evaluasi

Meski demikian, ada kekurangan atau kelemahan di dalam buku ini. Buku ini tidak terlalu laku di pasaran dan gambar dan ilustrasi yang ada di dalamnya masih berwarna hitam putih, sehingga kurang menarik secara visual.

Nah, itu tadi contoh resensi buku fiksi, non fiksi, film, sampai cerpen. Mau baca lebih banyak? Kamu bisa mengunjungi blog Ruangguru di rubrik Dunia Kata. Sampai di sini, apakah kamu masih punya pertanyaan seputar resensi? Yuk, belajar materi Bahasa Indonesia lebih detail dan mendalam bersama Master Teacher di Brain Academy. Gurunya berpengalaman, bisa belajar online atau datang langsung ke cabang terdekat.

Brain Academy Center

Salsabila Nanda