100 Contoh Peribahasa dan Artinya serta Pengertian & Cirinya
Peribahasa sering kita temukan dalam karya sastra maupun percakapan sehari-hari. Bagaimana peribahasa terbentuk dan apa fungsinya?
—
Sebagai orang Indonesia, tentu sudah nggak asing dengan istilah “peribahasa”. Contohnya kayak gini nih:
“Besar pasak daripada tiang,”
Artinya pemasukan tidak berbanding lurus dengan pengeluaran.
Tapi, kamu penasaran nggak dari mana peribahasa itu berasal? Lalu, apa saja sih peran atau fungsi peribahasa dalam komunikasi? Yuk, kita belajar bersama lewat artikel contoh peribahasa berikut ini!
Pengertian Peribahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peribahasa adalah kalimat yang mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa dapat berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip atau aturan tingkah laku.
Itu sebabnya, kalau kamu perhatikan lebih detail, peribahasa tak sembarang dibuat. Ada nasihat yang tersirat untuk menjalani kehidupan. Misalnya, peribahasa besar pasak daripada tiang mengingatkan kita untuk tidak boros dan hidup sesuai kemampuan. Lalu, peribahasa nasi sudah menjadi bubur yang artinya perbuatan yang telah terjadi tidak bisa diperbaiki lagi.
Sejarah Peribahasa
Dari mana asal usul peribahasa?
Peribahasa punya sejarah yang panjang dan kompleks, sehingga asal-usulnya sulit dilacak secara pasti. Namun, perlu diketahui, peribahasa tidak hanya berlaku di Indonesia saja, lho. Peribahasa berkembang dalam budaya dan bahasa yang berbeda di seluruh dunia selama berabad-abad. Beberapa peribahasa berasal dari cerita rakyat, dongeng, mitologi, atau kisah-kisah sejarah tertentu. Isi peribahasa mencerminkan pengalaman hidup dan nilai moral yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.
Nah, kalau di Indonesia, peribahasa diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang kita yaitu bangsa Melayu. Namun, tidak diketahui secara detail identitas pencipta dari setiap peribahasa. Sejak dahulu, orang Melayu sudah menggunakan bahasa yang puitis untuk mengungkapkan pemikiran mereka berdasarkan pengamatan terhadap alam, budaya, adat istiadat, serta pengalaman hidup.
Ciri-Ciri Peribahasa
Apa saja sih ciri-ciri dari peribahasa? Berikut diantaranya.
1. Mengandung Makna Kiasan
Peribahasa menggunakan bahasa kiasan atau metafora untuk menyampaikan pesan atau makna yang lebih dalam.
2. Mengandung Nasihat
Ciri utama peribahasa adalah susunan kalimat yang mengandung nasihat tentang nilai kehidupan, etika, dan kearifan lokal. Peribahasa memberi arahan tentang bagaimana seharusnya bertindak atau menjalani hidup.
3. Singkat dan Padat
Peribahasa terdiri dari susunan kata atau frasa yang sifatnya tetap. Kata dalam peribahasa sudah ada sejak zaman dahulu dan tidak bisa diubah. Contoh: “ada udang di balik batu,” artinya seseorang yang bertindak dengan maksud tersembunyi. Peribahasa ini tidak bisa diubah menjadi “ada udang di balik bakwan,” atau “ada udang di balik aquarium,” ya hehe.
Baca juga: Penjelasan Jenis Pantun Beserta Contohnya, Jangan Tertukar Ya!
Fungsi Peribahasa
Peribahasa mempunyai peran khususnya dalam bidang bahasa dan budaya. Apa saja ya?
1. Melestarikan Nilai dan Kearifan Lokal
Peribahasa diperoleh dari pengalaman hidup dalam suatu budaya. Mereka menjadi sarana untuk mewariskan nilai-nilai, etika, dan kebijaksanaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan menggunakan peribahasa, nilai-nilai budaya dapat dilestarikan dan dipelajari secara lebih menyeluruh.
2. Mendorong Kreativitas Berbahasa
Peribahasa digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, terutama pada pembuatan karya sastra. Peribahasa sering kita temukan dalam cerita pendek, novel, maupun hikayat. Hal ini memberikan daya tarik, memancing minat pembaca, serta menjadikan teks lebih enak dibaca.
3. Menyampaikan Pesan
Peribahasa dibentuk dari kalimat singkat serta mengandung pesan yang sarat makna. Di dalamnya, terdapat bahasa kiasan untuk menggambarkan situasi atau memberikan nasihat. Dengan penggunaan peribahasa, pesan-pesan kompleks dapat disampaikan dengan cara yang singkat, jelas, dan mudah diingat.
Baca juga: Belajar Membuat Pantun dengan Mengenal Struktur dan Ciri-Cirinya
Contoh Peribahasa dan Artinya
Supaya lebih paham, yuk lihat contoh peribahasa beserta artinya berikut ini.
- Ada gula, ada semut – Jika ada sesuatu yang menguntungkan, pasti akan ada orang yang tertarik.
- Air cucuran atap jatuh ke pelimbahan juga – Keuntungan yang kecil tetap berguna.
- Ada asap, ada api – Jika ada tanda-tanda masalah, maka ada kemungkinan masalah yang lebih besar.
- Ada udang di balik batu – Ada sesuatu yang tersembunyi dari sebuah tindakan.
- Air beriak tanda tak dalam – Kehadiran masalah atau konflik menunjukkan ada ketidakharmonisan di dalam.
- Ada air, ada ikan: di mana kita tinggal, pasti akan ada rezeki.
- Air susu dibalas air tuba – Kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.
- Ada angin ada pohonnya – Segalahal ada asal-usulnya.
- Bagai aur dengan tebing – Sangat cocok atau serasi.
- Bagai kera mendapat bunga – Sangat senang atau gembira.
- Bagai pinang dibelah dua – Saling berkepentingan atau membagi hasil.
- Bagai pungguk merindukan bulan – Merindukan sesuatu yang mustahil.
- Bagai kucing mati rasa – Tidak peka atau acuh tak acuh.
- Bagai tikus ke kandang kelinci – Tertipu atau masuk ke tempat yang tidak seharusnya.
- Bagai telur di ujung tanduk – Dalam keadaan kritis atau berbahaya.
- Bagai air di daun talas – Tidak memiliki dampak atau manfaat.
- Bagai air di tempayan yang retak – Terbongkar rahasia atau aib.
- Bagai kera mendapat bala – Mengalami kesialan atau kesulitan.
- Bagai burung hantu bertengger di siang hari – Seseorang yang tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan.
- Bagai api dalam sekam – Seseorang yang memiliki potensi berbahaya tapi belum terungkap.
- Bagai kacang lupakan kulit – Seseorang yang tidak menghargai atau melupakan bantuan atau bakti orang lain.
- Bagai paku dalam kantong – Seseorang yang tidak berguna atau tidak memiliki kegunaan.
- Bagai gajah di pelupuk mata – Seseorang yang terlalu besar atau mencolok.
- Bagai anjing dengan kucing – Saling bermusuhan atau tidak akur.
- Bagai kuda lumping tak berkepala – Tanpa pimpinan atau kepemimpinan yang jelas.
- Bagai mencari jarum di tumpukan jerami – Sangat sulit atau hampir tidak mungkin.
- Bagai anjing mati tak berbunyi – Seseorang yang tidak ada reaksinya atau diam seribu bahasa.
- Bagai rumah tak beratap – Tidak lengkap atau tidak sempurna.
- Bagai menelan mentah-mentah – Menerima sesuatu tanpa pikir panjang atau tanpa mempertimbangkan.
- Bagai kepiting dalam rebusan – Berada dalam bahaya atau kesulitan.
- Bagai menepuk air di dulang – Usaha yang tidak menghasilkan apapun atau sia-sia.
- Bagai menanam padi di atas batu – Tidak mungkin atau mustahil.
- Bagai telur di ujung tanduk – Dalam keadaan kritis atau berbahaya.
- Bagai batu dalam sumur – Seseorang yang tidak peka atau acuh tak acuh.
- Bagai air di daun talas – Tidak memiliki dampak atau manfaat.
- Cepat bergaul, cepat berpulang – Orang yang mudah bergaul juga cepat meninggalkan tempat tersebut.
- Cucu-cucu jadi panglima, kakek moyang tinggal nama – Generasi penerus yang berhasil menggantikan peran yang ditinggalkan oleh generasi sebelumnya.
- Cacing menjadi ular naga – Orang yang semula miskin berubah menjadi orang kaya.
- Campak bunga dibalas dengan tahi – Kebaikan dibalas dengan keburukan (kejahatan).
- Cepat kaki ringan tangan – Cekatan dan cepat melakukan suatu perbuatan. Senantiasa cepat bersedia menolong orang lain.
- Cerdik perempuan melabuhkan, saudagar muda mengutangkan – Orang yang tidak pandai dan juga belum berpengalaman seringkali mendatangkan kesusahan.
- Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung – Menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat dan kebiasaan di tempat yang dikunjungi.
- Diam-diam ubi berisi – Orang yang pendiam ternyata memiliki kelebihan atau keahlian yang tak terduga.
- Dalam laut dapat ditumpangi, dalam hati siapa yang tahu – Sebenarnya hanya diri sendiri yang mengetahui isi hati seseorang.
- Datang kelihatan muka, pergi tampak punggung: Datang mengucapkan salam, pergi berpamitan.
- Darah lebih kental daripada air – Hubungan keluarga lebih kuat dari hubungan apa pun.
- Dahan pembaji batang – Orang kepercayaan yang menyalahgunakan harta benda tuannya.
- Dahulu bajak daripada jawi – Orang muda yang belum memiliki pengalaman dijadikan pemimpin orang tua yang berpengalaman.
- Dahulu duduk dari cangkung – Cepat marah sebelum mengetahui perkara sebenarnya.
- Enak di mulut, sakit di perut – Sesuatu yang terasa enak atau menyenangkan pada awalnya, tetapi memiliki dampak negatif atau konsekuensi yang tidak diinginkan.
- Emas tidak akan luntur – Nilai atau kebaikan seseorang tidak akan berubah atau hilang seiring waktu.
- Esok hari lebih baik dari pada hari ini – Harapan atau keyakinan bahwa masa depan akan lebih baik daripada saat ini.
- Gantung harap di ujung tanduk – Berharap pada sesuatu yang tidak pasti atau tidak bisa diandalkan.
- Gantungkan cita-cita setinggi langit – Menetapkan tujuan yang tinggi dan tidak terbatas.
- Gantung sejuta harapan di ujung jari – Memiliki banyak harapan atau ekspektasi yang tinggi.
- Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang – Keberhasilan atau prestasi seseorang yang ditinggalkan setelah mereka tiada.
- Garam di laut, asam di hati – Menyimpan perasaan atau ketidakpuasan yang mendalam.
- Gemah ripah loh jinawi – Keadaan hidup yang aman, makmur, dan damai.
- Habis manis sepah dibuang – Setelah mendapatkan manfaat atau keuntungan dari seseorang, mereka akan dilupakan atau diabaikan.
- Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri – Orang sering kali lebih dihormati atau dihargai di tempat asing daripada di tempat sendiri.
- Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading – Orang yang kuat atau berpengaruh meninggalkan warisan atau jejak setelah mereka tiada.
- Harapkan pagar, pagar makan padi – Kepercayaan terhadap seseorang atau sesuatu yang dapat merugikan kita sendiri.
- Hujan datang tak diundang, air mata pun mengalir tak terbendung – Kita tidak dapat mengendalikan atau menghindari semua hal buruk yang terjadi dalam hidup.
- Hidup segan, mati tak mau – Kehidupan yang dijalani dengan rasa hormat dan penuh tanggung jawab akan mempersiapkan kita untuk kematian dengan baik.
- Harapkan cemas, tak akan dapat selemas – Mengharapkan atau memikirkan sesuatu tidak akan memberikan hasil yang sebanyak atau sebaik tindakan nyata.
- Ikan hiu dengan buaya berjuang di air, gajah berjuang di darat – Setiap orang berada di keahliannya sendiri-sendiri.
- Jangan menilai buku dari sampulnya – Jangan menilai seseorang berdasarkan penampilan luar saja.
- Jauh di mata, dekat di hati – Walaupun jarak fisik jauh, tetapi rasa kasih sayang atau perhatian tetap dekat.
- Jangan mencampur aduk antara telur dan ayam – Jangan mengacaukan atau membingungkan urutan atau hubungan yang seharusnya.
- Jalan panjang dimulai dengan satu langkah – Setiap perjalanan atau usaha dimulai dengan tindakan pertama.
- Kecil hati, jadi kecil langkah – Kurangnya kepercayaan diri akan menghambat kemajuan atau kesuksesan seseorang.
- Karena nila setitik, rusak susu sebelanga – Hanya karena kesalahan kecil menghilangkan segala kebaikan yang diperbuat.
- Laut beriak, akibatnya terasa di sungai – Dampak atau konsekuensi dari suatu peristiwa akan dirasakan oleh orang-orang yang terlibat secara langsung atau tidak langsung.
- Makan buah simalakama – Berada dalam dilema atau situasi sulit di mana setiap pilihan memiliki konsekuensi yang sulit.
- Malu bertanya, sesat di jalan – Rasa malu atau sungkan untuk bertanya akan membuat seseorang tersesat atau kehilangan arah.
- Nasi sudah menjadi bubur – Suatu hal atau situasi sudah tidak dapat diubah atau dikembalikan seperti semula.
- Orang bijak berbicara, orang bodoh beraksi – Orang yang cerdas atau bijak akan mengungkapkan pemikirannya melalui kata-kata, sementara orang yang bodoh akan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
- Padi jangan dikebiri – Jangan menghalangi atau menghambat pertumbuhan atau perkembangan seseorang.
- Seperti ayam jantan mendapat ayam betina – Merasa bahagia atau bangga atas pencapaian atau keberhasilan yang diperoleh.
- Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga – Seseorang yang cerdas atau pandai pun bisa membuat kesalahan atau menghadapi kegagalan.
- Sambil menyelam minum air – Melakukan dua hal sekaligus atau memanfaatkan kesempatan dengan baik.
- Setitik air hujan jatuh ke pelimbahan, sepenuh hari kurma di pangkuan tak akan basah – Hal kecil yang konsisten lebih berharga daripada hal besar yang hanya dilakukan sesekali.
- Sedia payung sebelum hujan – Bersiap-siap atau berjaga-jaga sebelum terjadi masalah atau kesulitan.
- Seperti ketiban durian runtuh – Mendapatkan sesuatu yang diinginkan secara tiba-tiba atau dengan keberuntungan yang besar.
- Seperti katak dalam tempurung – Seseorang yang memiliki pandangan terbatas atau tidak terbuka terhadap pemikiran baru atau pengalaman yang berbeda.
- Serapat-rapat menyimpan bangkai pasti tercium juga – Walau menutupi kejahatan, pasti akan diketahui orang juga.
- Semudah membalik telapak tangan – Terlalu mudah.
- Selama hayat masih dikandung badan – Selama masih hidup, tidak boleh putus asa.
- Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga – Tidak ada yang sempurna, setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan atau mengalami kegagalan.
- Seperti anak ayam kehilangan induknya – Orang yang mengalami kebingungan dan kebimbangan dalam hatinya.
- Tak ada rotan, akar pun jadi – Ketika seseorang tidak memiliki pilihan atau sumber daya tertentu, mereka harus menggunakan apa yang ada.
- Tak ada gading yang tak retak – Tidak ada yang sempurna, setiap orang atau benda memiliki kelemahan atau kekurangan.
- Tangan di atas, tangan di bawah – Orang yang memiliki kekuasaan atau otoritas lebih tinggi harus melindungi atau membantu yang lebih rendah.
- Tak ada burung terbang tinggi jika tak melayang – Setiap pencapaian besar memerlukan usaha dan risiko yang sesuai.
- Tong kosong nyaring bunyinya – Orang yang tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman yang cukup seringkali bersuara keras tanpa makna yang sebenarnya.
- Tak kenal maka tak sayang – Kesempatan untuk mencintai atau menghargai seseorang hanya muncul ketika kita mengenal mereka lebih baik.
- Tak ada gunung tinggi yang tidak bisa didaki – Tidak ada tantangan yang terlalu besar jika kita memiliki tekad dan usaha yang kuat.
- Umur manusia sepasang sepatu – Orang memiliki pasangan hidup yang cocok atau setara.
- Yang dikejar tak dapat, yang dikendong berciciran – Ketika seseorang terlalu berambisi atau terlalu rakus, mereka mungkin kehilangan apa yang sudah mereka miliki.
- Yang tinggi itu akan rendah, yang rendah akan tinggi – Keadaan dapat berubah seiring waktu, dan yang sebelumnya tinggi dapat menjadi rendah, begitu pula sebaliknya.
—
Jadi, apa contoh dan penjelasan di atas membantu kamu dalam memahami peribahasa? Kalau kamu masih punya pertanyaan tentang materi ini, atau pelajaran lainnya, yuk ikut bimbel Brain Academy yang super duper seru! Apalagi dengan konsep gabungan les offline dan online. Bisa coba gratis dulu kok!
Referensi:
Sejarah Peribahasa [Daring]. Tautan: http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/Zaitul-Azma-UPM-Pengkategorian-Peribahasa-.-.-..pdf